7 Fakta Pemberontakan G30S PKI, Gerakan yang Mengancam Keutuhan Bangsa Indonesia

20 September 2022, 08:40 WIB
Monumen Lubang Buaya tempat tewasnya 7 Jenderal TNI dari adanya pergerakan G30S PKI /Instagram @yuriadiputra/

SEPUTARLAMPUNG.COM - Pemberontakan G30S PKI atau Gerakan 30 September terjadi pada 1965.

Gerakan yang mengancam keutuhan bangsa Indonesia ini diinisiasi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu dipimpin oleh D.N Aidit.

Peristiwa berdarah ini dilatar belakangi persaingan politik, kondisi kesehatan Presiden Soekarno yang memburuk memicu munculnya pertanyaan mengenai siapa yang akan menggantikan sang Proklamator untuk memimpin Indonesia?

Saat itu, kebijakan yang diterima dan diterapkan oleh pemerintahan Soekarno atas usul PKI adalah mempersenjatai Angkatan V (Buruh Tani) untuk menghadapi konfrontasi dengan Malaysia dan  pembubaran Masyumi karena dianggap bertanggung jawab atas peristiwa PRRI/Persemesta.

Baca Juga: Apakah Arti Asmaul Husna: Ar Rahman, Ar Rahim, Al Malik, AL Quddus, As Salam? Berikut Contoh Sifatnya

Namun, dilansir dari buku Politik Militer Indonesia 1945-1967: Menuju Dwi Fungsi ABRI yang ditulis oleh Ulf Sundhaussen, saat itu TNI AD menentang usulan pembentukan Angkatan V.

Menteri/Panglima Angkatan Darat (KSAD) saat itu, Jenderal Ahmad Yani menilai pembentukan Angkatan V tidak efisien, sehingga AD memutuskan untuk menunda pemberian senjata terhadap Angkatan V.

Itulah yang memicu persaingan antara PKI dengan TNI. Pasalnya, PKI menilai, jika nantinya salah satu perwira TNI yang menjadi pengganti Soekarno, maka hal itu bisa bersimpangan dengan kepentingan politik mereka.

Gerakan G30S PKI akhirnya terjadi. Gerakan ini terjadi selama 2 hari, yakni pada 30 September 1965 untuk koordinasi dan persiapan.

Baca Juga: Ferdy Sambo Resmi Dipecat dengan Tidak Hormat, Polri: Hasil Bersifat Final dan Mengikat

Kemudian berlanjut pada 1 Oktober 1965 dini hari dengan penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan.

Berikut 7 fakta tragedi G30S PKI seperti yang dilansir dari laman Kemdikbud:

1. Gerakan 30 September 1965 berada di bawah pimpinan Letkol. Untung dari Komando Balation I resimen Cakrabirawa.

2. Letkol Untung menunjuk Lettu Dul Arief menjadi ketua pelaksanaan penculikkan.

3. Pasukan bergerak mulai pukul 03.00 WIB, 6 Jenderal menjadi korban penculikkan dan pembunuhan yakni:

  • Letjen. Ahmad Yani
  • Mayjen. R. Soeprapto
  • Mayjen. Harjono
  • Mayjen. S. Parman
  • Brigjen D.I. Panjaitan
  • Brigjen Sutoyo

Satu perwira yakni Lettu Pirre Tandean juga jadi korban penculikan karena dirinya menyerahkan diri dan mengaku sebagai Jenderal A.H. Nasution demi melindungi atasannya yang juga merupakan salah satu sasaran penculikan G30S PKI.

Ke-7 perwira TNI AD ini kemudian, dijemput paksa, ditembak mati, disiksa, dan jasadnya di masukkan ke dalam lubang sumur kecil, yang kemudian dikenal sebagai Lubang Buaya.

Baca Juga: Profil 3 SMA Terbaik di Kota Semarang Jawa Tengah Versi LTMPT Terbaru 2022

4. Satu Jenderal selamat dalam penculikkan ini yakni Jenderal A.H. Nasution, namun putrinya menjadi korban tembakan salah satu pasukan Cakrabirawa yakni Ade Irma Suryani.

5. Korban lain ialah, Brigadir Polisi K.S. Tubun, dia merupakan salah satu polisi yang ditugaskan untuk menjaga rumah Wakil Perdana Menteri Indonesia Dr. J. Leimana yang bertetangga dengan rumah Jenderal A.H Nasution.

Saat itu pasukan PKI menyekap para pengawal di rumah Dr. J. Leimana, mendengar suara gaduh, K.S Tubun pun terbangun dan berusaha untuk menembak para gerombolan PKI tersebut.

Dia pun ditembaki balik oleh gerombolan PKI tersebut dan karena kalah jumlah, dia pun tewas tertembak timah panas.

6. Gerakan ini menyebar juga di Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta, Kolonel Katamso dan Letkol. Sugiono menjadi korban karena tidak mendukung gerakan ini.

7. Setelah berhasil menculik dan membunuh petinggi AD, PKI menguasai gedung Radio Republik Indonesia.

Mereka mengumumkan sebuah Dekrit yang diberi nama Dekrit no.1, yakni pernyataan bahwa gerakan G30S PKI adalah upaya penyelematan negara dari Dewan Jenderal yang ingin mengambil alih negara.

Baca Juga: Bacaan Lengkap Surah Al 'Asr Ayat 1-3 dalam Tulisan Arab, Latin, dan Arti Bahasa Indonesia, Ini Kandungannya

Pengumuman Dekrit no.1 menyebabkan masyarakat Indonesia, khususnya yang berada di Jakarta bingung.

Mereka mempertanyakan kemana para petinggi Angkatan Darat tersebut?, tidak ada yang mengetahui keberadaannya. Pertanyaan lainnya ialah siapa yang mengaku dirinya Dewan Revolusi yang menyiarkan berita tentang dekrit no.1?

Akhirnya, Mayjen Soeharto sebagai Panglima Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat) mengambil kesimpulan bahwa para perwira tinggi TNI AD telah diculik dan kemungkinan sudah tiada.

Berdasarkan kesimpulan tersebut dan karena saat itu Jenderal A.H Nasution belum diketahui keberadaannya, Mayjen Soeharto langsung mengambil alih pimpinan Angkatan Darat.

Langkah penumpasan G30S PKI pun dimulai dari 1-2 Oktober 1965.

Pada 2 Oktober 1965 juga, atas petunjuk dari Polisi Sukitman yang saat itu juga 'diculik' oleh PKI dan berhasil lolos, TNI AD berhasil menemukan lokasi sumur tempat jasad para perwira tinggi TNI AD 'dimakamkan'.***

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: Kemdikbud

Tags

Terkini

Terpopuler