Ibadallah,
Masa-masa ketaatan dan kebaikan tersebar di tengah kita. Kesempatannya pun terus datang beriringan. Orang-orang yang sadar akan adanya kehidupan akhirat setelah kehidupan dunia ini, akan meniti jalan amal shaleh dengan serius dan semangat. Mereka daki satu per satu tangga-tangga keutamaan. Dengan hal itu mereka perbagus kondisi ruh mereka. Mereka beri asupan gizi untuk keimanan mereka. Dan mereka kejar ketertinggalan. Mereka tambal amal-amal yang kurang dan yang lalai di masa lalu. Mereka perbaiki yang dulu mungkin banyak kekurangan.
Dalam hadits yang lain, dijelaskan oleh Ummul Mukminin, Aisyah radhiallahu ‘anha, saat ditanya oleh seorang sahabat, Alqamah radhiallahu ‘anhu:
قُلتُ لِعَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: هلْ كانَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَخْتَصُّ مِنَ الأيَّامِ شيئًا؟ قالَتْ: لَا، كانَ عَمَلُهُ دِيمَةً، وأَيُّكُمْ يُطِيقُ ما كانَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يُطِيقُ؟!
“Aku bertanya pada Aisyah radhiallahu ‘anha, ‘Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi ‘alaihi wa sallam mengkhususkan hari tertentu untuk beribadah’? Aisyah menjawab, ‘Tidak. Amal beliau adalah sesuatu yang berkelanjutan. Dan siapa dari yang kalian yang mampu istiqomah seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam’?” [HR. Shahih al-Bukhari 1987].
Maksudnya amalan shaleh Nabi itu terus berkelanjutan. Tidak ada masa-masa malasnya.
Namun kita manusia biasa, masa semangat beramal akan dihampiri masa malas dan lesu. Kondisi semangat dalam taat akan didatangi ujian masa malas dan bosan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ لكلِّ عملٍ شِرَّةٌ ولكلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ، فمن كانت شِرَّتُه إلى سنَّتي فقد أفلح ، ومن كانت فَتْرَتُه إلى غيرِ ذلك فقد هلكَ
“Sesungguhnya setiap amalan itu memiliki masa semangat. Dan setiap masa semangat memiliki masa malasnya. Siapa yang masa semangatnya berada di atas sunnahku, maka dia beruntung. Dan siapa yang masa malasnya tidak berada di atas sunnahku, dia binasa.” [HR. Ahmad 6958].