Secara teori, kita semua yang beragama Islam mengetahui bahwa setan adalah musuh kita. Semua muslim yang ikhlas dalam keislamannya, mengetahui secara teori bahwa syaithan itu adalah musuh. Dan musuh hendaknya diperlakukan sebagai musuh. Bukan diperlakukan sebagai sahabat dan teman.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir[35]: 6)
Terkadang, teori hanya tinggal teori. Realita kehidupan sangat berbeda dengan teori yang telah dipelajari dan diketahui. Betapa banyaknya manusia yang secara teori mengetahui bahwa syaithan adalah musuh, namun dia tidak menjadikan syaithan sebagai musuhnya.
Godaan-godaan syaithan, iblis, dan bala tentaranya justru dia jadikan sebagai kebiasaan hidup sehari-hari. Tempat di mana syaithan suka menggoda, itu tempat yang paling mereka sukai. Padahal mereka tahu bahwa setan adalah musuh.
Maka jadikanlah mereka sebagai musuh. Niscaya kita akan beruntung di dunia dan di akhirat. Tipu daya setan sangatlah halus. Sekiranya jika Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menurunkan Al-Qur’an dan tidak mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada kita, kita tidak akan tahu bahwa itu adalah tipu daya iblis dan bala tentaranya.