“Segala puji bagi Allah. Dialah yang memberi, Dialah pula yang berhak mengambil.” Lalu Nabi Ayyub juga menyebutkan bahwa dia tidak memiliki harta dan jiwa sama sekali. (Lihat Tafsir Al-Baghawi, 17: 177)
Pelajaran kelima, tingkatan yang paling tinggi dalam menghadapi musibah adalah bersyukur dengan mengucapkan alhamdulillah. Karena ada berbagai hikmah dari musibah yang tidak kita pahami.
Demikian khutbah pertama ini.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Amma ba’du
Ma'asyirol muslimin jama’ah shalat Jumat rahimani wa rahimakumullah …
Satu pelajaran lagi yang diambil dari kisah Nabi Ayyub adalah bagaimana kesabaran beliau yang luar biasa, padahal ia mendapatkan musibah hingga 18 tahun, riwayat lain mengatakan 7 tahun, 7 bulan, 7 hari.
Hanya istri Nabi Ayyub yang bernama Rahmah yang mengurus Nabi Ayyub ‘alaihis salam. Saat mengurus dan membawa bekal pada beliau, istrinya sampai pernah bertanya kepada Nabi Ayyub yang sudah menderita sakit sangat lama, “Wahai Ayyub andai engkau mau berdoa pada Rabbmu, tentu engkau akan diberikan jalan keluar.”