Baca Juga: Referensi Naskah Khutbah Jumat Edisi 24 Februari 2023 dengan tema 6 Adab Menghadiri Shalat Jumat
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjawab pertanyaan ini dengan dua alasan.
Pertama: Beliau mengatakan,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ
“Itulah bulan yang manusia lalai darinya bulan yang berada di antara Rajab dan Ramadhan….” (HR. An-Nasa’i).
Banyak manusia yang melalaikan bulan Sya’ban. Banyak manusia yang memforsir ibadah di bulan Rajab, karena dia merupakan salah satu bulan yang diharamkan atau diagungkan oleh Allah. Lalu seolah dengan berlalunya bulan Rajab maka tiba waktu untuk beristirahat sebelum masuk bulan Ramadhan. Bulan yang nantinya mereka akan kembali mengoptimalkan ibadah di dalamnya.
Melihat fenomena ini, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ingin mengubah pandangan mereka. Sehingga beliau justru memperbanyak ibadah di bulan Sya’ban. Salah satunya adalah dengan memperbanyak puasa sunnah.
Kedua: Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan,
وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“….Dia adalah bulan yang diangkat di dalamnya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku senang jika amalanku diangkat sementara aku sedang berpuasa.” (HR. An-Nasa’i).