Teks Khutbah Idul Adha 1443H 2022 Terbaru dengan Tema: Kurban dan Spirit Melahirkan Generasi Terbaik

- 9 Juli 2022, 05:45 WIB
Naskah Khutbah Idul Adha.*
Naskah Khutbah Idul Adha.* /Pixabay/shamsherniazi

Di tengah hiruk pikuk manusia dengan berbagai aktivitasnya, maka menjadi penting untuk menanyakan kembali pertanyaan Ibrahim AS. Karena bisa jadi, yang primer bagi manusia secara faktual dewasa ini adalah avoiding the pain, menghindari apa pun yang menyakitkan. Lalu juga looking for the pleasure, mengejar apa pun yang dirasakan menyenangkan. Sehingga yang muncul hanyalah kehidupan materi duniawi belaka. Sebagaimana dikatakan oleh Prof Komarudin Hidayat, bahwa salah satu dimensi dan misi manusia sebagai moral being adalah menegakkan nilai-nilai moral dalam kehidupannya di manapun berada. Moral being ini harus diwujudkan dalam ruang-ruang kantor, di kamar rumah, di masjid, di restoran, di warung kopi dan sebagainya.

Tujuan hidup kita, lagi-lagi seperti teladan Nabi Ibrahim, adalah harus tertuju pada Allah. Tuhan semesta alam. Inna shalati wa nusuki wamahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin. Sesungguhnya shalatku, matiku, hidupku adalah untuk Allah. Setiap shalat, kita sudah seringkali mengikrarkan dalam lisan kita.

Baca Juga: Resep Rawon Daging Sapi Enak dan Mudah, Ini Cara Memasak Daging agar Empuk dan Tidak Bau

Hadirin yang Dimuliakan Allah

Pelajaran berharga lainnya yang kita bisa teladani dari Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam adalah bahwa tujuan tertinggi manusia adalah seperti doa Nabi Ibrahim. Rabbi hab li minasshalihin. Ya Allah berilah kami anak-anak yang salih. Nabi Ibrahim meminta anak yang salih. Bukan anak yang pintar, bukan anak yang kaya raya. Bukan anak yang punya jabatan luar biasa. Bukan anak yang punya pangkat setinggi langit. Karena apalah arti anak kaya, anak berpangkat dan jabatan, anak yang pintar tapi mereka tidak salih. Karena itu, kata kuncinya adalah anak salih.

Untuk mewujudkan anak yang salih, tentu bukan hal yang mudah. Pertama: keluarga adalah hal utama dan pertama dalam mewujudkan anak salih. Jangan remehkan peran keluarga. Anak yang salih dan salihah, pasti tidak luput dalam pendidikan keluarga sejak dini seperti dilakukan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Keduanya berjibaku membentuk karakter Ismail sedemikian rupa. Mereka mengajarkan pendidikan agama pada Ismail sejak dini. Ini sama dengan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam mendidik anak-anak muslim: Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: Mencintai Nabimu, mencintai ahlu baitnya dan membaca Al-Qur’an. (HR. Tabrani).

Dan sahabat Ali pernah berkata:

ْعَلِّمُوْا اَوْلَادَكُمْ فَاِنَّهُمْ مَخْلُوْقُوْنَ فِي زَمَانِ غَيْرِ زَمَانِكُم

Artinya: Didiklah anak-anakmu karena mereka hidup di zaman yang tidak sama dengan zamanmu.

Jamaah yang Berbahagia

Kedua, memberi keteladanan (uswah) pada anak-anak kita. Bagaimana pun, keteladanan merupakan dakwah yang sangat manjur dalam mengarahkan anak. Dengan keteladanan yang ditampakkan sehari-hari, maka yang demikian ini akan mempengaruhi anak-anak. Keluarga yang mempertontonkan kejujuran dan kedermawanan akan berpengaruh bagi anaknya. Sebaliknya, keluarga yang mempertontonkan kedustaan dan kebakhilan juga akan anaknya meniru.

Halaman:

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: jatim.nu.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah