“Jadi dia mengimami di depan lalu dia ingin tunjukan bahwa dia memilih pendapat yang disirrkan, cuma tanpa sadar dia justru menjaharkannya,”jelas UAH.
Di akhir penjelasannya UAH menyampaikan bahwa ada sisi hikmah kenapa dzuhur dengan ashar dijadikan sirr, sedangkan maghrib isya dan subuh dijadikan dengan jahar.
UAH menjelaskan bahwa ada sebagian ulama yang kemudian mencari memahami dan menyimpulkan bahwa hal itu disebabkan karena pada umumnya waktu siang manusia sibuk dengan beraktifitas.
“Ada yang beraktifitas A,B,C dan seterusnya. Anda bayangkan dalam suasana beraktifitas, kemudian menunaikan ibadah dengan keadaan dikeraskan tentu nanti akan terjadi situasi-situasi yang tidak menyenangkan,” tutup UAH.***