Khutbah Jumat Singkat Terbaru Ramadhan 30 April 2021: Kewajiban dan Resiko Ayah Terhadap Keluarga

- 29 April 2021, 17:30 WIB
Ilustrasi ayah dan anak.
Ilustrasi ayah dan anak. /Lorraine Cormier/Pixabay/

Pada masa sekarang, kebanyakan para pemimpin keluarga -dalam hal ini ayah- hanya tahu bahwa kewajibannya adalah sekedar memberikan nafkah kepada keluarganya. Padahal, nafkah yang diberikan hanya sanggup untuk menjaga anggota keluarganya dari kelaparan di dunia. Sedangkan bekal nafkah ukhrawiy, yang berupa ajakan-ajakan untuk sama-sama beribadah, dan juga pemberian pendidikan yang layak dan mencakup aspek pendidikan keduniaan maupun aspek akhirat yang merupakan jalan yang akan menyelematkan dari api neraka justeru banyak dilupakan.

Ringkasnya, bekal dalam ilmu agama masih menjadi hal yang jarang diperhatikan oleh para kepala keluarga kepada keluarganya. Jika hanya aspek dunia yang diberikan kepada keluarganya, bagaimana keluarganya akan selamat dari api neraka?

Baca Juga: Sering Dilakukan Orang Indonesia Saat Kurang Enak Badan, Berikut Manfaat dan Bahaya dari Keseringan Kerokan

Jamaah sidang jum’at yang dirahmati Allah,

Hal lain yang kdang dilupakan oleh para orang tua dalam pendidikan seorang anak adalah kecenderungan anak yang mengikuti figur orang tua atau panutan dalam aktifitasnya sehari-hari. Seorang ayah, akan menjadi tauladan bagi anak-anaknya. Maka jika anak-anaknya melihat ayah yang memiliki perilaku yang baik, maka naluri seorang anak akan mengikuti perbuatan orang tuanya. Jika melihat ayahnya selalu berbicara dengan sopan terhadap anaknya, maka anak akan berkata dengan sopan kepada ayahnya, kepada ibunya, dan kepada orang-orang yang ia temui.

Dengan demikian, mendidik seorang anak maupun keluarga adalah dengan cara memberikan pendidikan yang mengajarkan bekal akhirat, dan memberikan tauladan yang bagus kepada anak. Kalau kita suka berkata kasar dan malas menjalankan shalat maka kita pernah berhak untuk beharap anak kita akan bertutur lembut dan taat beribadah

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ العَظِيْمِ وَ نَفَعَنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنّيْ وَ مِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَ الْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنِ وَ لَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِيْنَ, أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَ إِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ, وَ لَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Pada khutbah yang kedua ini. Khatib mengingatkan kembali kepada seluruh jamaah yang hadir untuk menghentikan fikiran “yang penting anak-istriku bisa makan” saja, namun gantilah dengan “bagaimanapun aku, anak, dan istriku bisa masuk surga bersama-sama”. Dengan demikian keluarga tersebut adalah keluarga yang diberkahi fi ad-dunya wa al-akhiroh. Dan akhirnya marilah kita berdoa kepada Allah agar kita semua diberkahi kenikmatan dunia dan akhirat.

Halaman:

Editor: Dzikri Abdi Setia

Sumber: Suara Muhammadiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah