Naskah Khutbah Jumat Terbaru  1 September 2023: Dua Akhlak Utama agar Terhindar dari Perbuatan Dosa

28 Agustus 2023, 18:00 WIB
Khutbah Jumat 1 September 2023 terbaru bertajuk menanamkan dua akhlak utama agar terhindar dari percuatan yang dibenci Allah. /Ririn Handayani/SEPUTARLAMPUNG

SEPUTARLAMPUNG.COM – Inilah naskah khutbah Jumat terbaru yang dapat dibacakan khotib pada 1 September 2023 dengan tema dua akhlak utama seorang muslim agar terhindar dari perbuatan dosa.

Akhlak atau budi pekerti mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun akhlak yang dimaksud adalah akhlakul karimah atau akhlak terpuji.

Baca Juga: Manfaat dan Bahaya Makanan Pedas, Kenali sebelum Menikmatinya

Seseorang dengan memiliki akhlak, yang baik, maka biasanya perbuatan dan tingkah lakunya pun akan baik.

Dengan begitu, akan tercipta kehidupan yang damai dan harmonis.

Selain itu, dengan memiliki akhlak yang baik, seseorang pasti tidak akan berani berbuat kerusakan.

Baca Juga: Terbaru! Inilah 5 Rekomendasi Hotel Dekat Malioboro, Fasilitas dan Harga Mulai Rp100 Ribu

Justru akhlak yang baik akan menjadi benteng, serta menjadi perisai dalam setiap langkah menjalani kehidupan.

Sebagai seorang muslim sendiri terdapat 2 akhlak utama yang patut untuk ditanamkan agar dapat terhindar dari perbuatan keji yang dibenci oleh Allah.

Bahasan tentang akhlak ini dapat disampaikan khotib di masjid untuk mengajak umat manusia menanamkan dua akhlak utama umat muslim.

Dilansir dari Suaramuhammadiyah, berikut ini naskah khutbah Jumat, 1 September 2023 dengan tema dua akhlak utama:

Baca Juga: Kemensos Beri BLT Anak Sekolah hingga Rp2 Juta, Dana Sudah Cair Agustus 2023? Cek Saldo 4 Bank Ini

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ ,يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Sudah sepantasnya kita selalu memanjatkan rasa syukur kepada Allah SwT.

Dengan penuh kesadaran bahwa kedudukan kita adalah hamba yang lemah, yang tidak dapat berjalan baik, tanpa nikmat dan rahmatnya.

Berikut shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi Muhammad saw. Sosok yang kita cinta tanpa pernah mengenal rupa dan yang kita rindukan tanpa pernah bertemu.

Mudah-mudahan sebab rasa cinta dan rindu itulah menjadi wasilah syafaatnya di hari kiamat. Amin

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Di antara tujuan syariat Islam selain membangun hubungan baik antara seorang hamba dengan Allah SwT juga bertujuan untuk melahirkan manusia yang bermuara pada baiknya perilaku dan akhlaknya.

Oleh sebab itu, parameter kebaikan agama seseorang dapat diukur dengan perilaku dan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari. Nabi Muhammad bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi)

Kata akhlak atau khuluq secara bahasa berakar dari kata yang sama dengan kata Khaliq (pencipta) dan Makhluk (yang diciptakan).

Prof. Yunahar Ilyas rahimahullah menjelaskan bahwa kesamaan akar kata tersebut mengisyaratkan adanya keselarasan dan keterpaduan antara perilaku makhluk (manusia) dan kehendak Khaliq (Allah).

Sementara Ibnu Manzur dalam lisanul ‘arab mengartikan Akhlak/khuluq dengan ad-diin (agama).

Jamaah yang dirahmati Allah

Dengan adanya makna di atas, Akhlak seakan-akan dijadikan pondasi dalam membangun tegaknya agama ini. Islam ini akan rusak apabila akhlak umat Islam juga rusak.  

Di antara kerusakan itu misalnya, Maraknya Korupsi dikalangan Pejabat, praktik riswah yang membudaya, kemaksiatan di mana- mana, perselingkuhan yang marak terjadi, istri mengkhianati suaminya atau suami mengkhianati istrinya.

Di antara penyebab suburnya perilaku-perilaku rendah dan buruk di atas ialah hilangnya dua akhlak utama dalam diri seorang mukmin yang seharusnya mengakar dalam hati, dua akhlak tersebut yakni Muroqobah dan Al-Haya’ (Malu).

Muroqobah merupakan kesadaran diri seorang muslim bahwa dia selalu dalam Pengawasan Allah swt, kesadaran yang didorong dengan keimanan bahwa Allah senantiasa mengawasi, melihat, dan mencatat segala macam perilaku baik dan buruk, kecil dan besarnya.

وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ رَّقِيبٗا...

“... Dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu” (QS. Al-Ahzab: 52)

Pada diri manusia kerap kali tersimpan keinginan jahat saat mereka sendiri tanpa diketahui orang lain. Maka manusia adalah pengawas bagi dirinya sendiri.

Potensi melakukan kejahatan dapat diatasi dengan dua hal, yakni merasa diawasi Allah karena takut murka-Nya bisa pula karena takut kekuasaan negara.

Kita ingat tentang kisah sosok pemuda penggembala ternak yang diuji kejujurannya oleh Umar Bin Khotob. Saat itu umar ingin membeli satu ekor domba yang di gembalakan pemuda itu.

Dengan tegas pemuda itu menolak “Saya tidak mau melakukan itu tuan, karena semuanya bisa kelihatan. Meski juragan tidak tahu tetapi Allah akan mengerti dan mengetahui segala apa yang saya lakukan,” begitulah jawaban yang menyenangkan hati Amirul mukminin.
Kesadaran akan pengawasan Allah baik dalam keadaan tertutup maupun terbuka yang dilandasi keimanan akan memantulkan kebiasaan baik dalam diri manusia.

Jamaah jumat yang dirahmati Allah

Selanjutnya, Al-Haya’ atau malu merupakan perasaan yang menimbulkan keengganan akan melakukan perbuatan tercela dan dosa. Rasa malu ini timbul saat perbuatan bertentangan dengan kehendak Allah. Sifat Malu ini juga memiliki keistimewaan dalam Islam. Nabi Muhammad saw. Bersabda yang artinya :

“sesungguhnya semua agama itu mempunyai akhlaq, dan akhlaq islam adalah sifat malu” (H.R Malik)

Sifat malu adalah pantulan iman, semakin tinggi iman seseorang maka semakin tebal rasa malunya. Rasa malu berfungsi mengontrol dan mengendalikan diri kita, dari segala sikap dan perbuatan yang terlarang.

Bahkan sabda Nabi saw. Mengatakan, “seandainya malu itu berwujud manusia dia akan tampil sebagai seorang yang solih” (H.R Thabrani)


Sifat malu itu harus kita tumbuh suburkan dalam hati agar perbuatan kita senantiasa dihiasi dengan kebaikan. Baik malu kepada Allah, Malu kepada diri sendiri maupun malu kepada orang lain. Tanpa adanya rasa malu manusia pasti akan dikuasai oleh hawa nafsunya.

Diriwayatkan dari Abu Mas’ud Uqbah bin ‘Amr Nabi Muhammad saw. bersabda :

إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُولَى إِذا لَم تَستَحْيِ فاصْنَعْ مَا شِئْتَ

“Sesungguhnya termasuk perkara yang didapati oleh manusia dari perkataan nubuwwah (kenabian) yang pertama adalah jika engkau tidak mempunyai sifat malu maka berbuatlah sesukamu.” (HR. Al Bukhari)

Penegasan Rasulullah saw. di atas mengingatkan bahwa seseorang yang kehilangan sifat malu maka akan kehilangan kontrol dalam mengendalikan segala perbuatan dan tingkah lakunya. Dia akan menjadi manusia yang hilang kendali, bebas melakukan apa saja tanpa memandang baik dan buruk, manfaat dan mudhorotnya.

Bahkan bisa rela melakukan apa saja hanya untuk memuaskan nafsunya tanpa ada rasa rikuh dan malu sedikitpun.

Oleh sebab itu marilah kita menjaga diri dan keluarga kita dengan menanamkan dua akhlak di atas yakni selalu merasa diawasi Allah dan malu akan perbuatan tercela dan dosa yang dibenci Allah swt.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيْئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ؛

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.  اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ

Itulah dia naskah khutbah Jumat terbaru untuk 1 September 2023 dengan tema dua akhlak utama.***

Editor: Ririn Handayani

Sumber: suaramuhammadiyah

Tags

Terkini

Terpopuler