CEK FAKTA: Benarkah Nyamuk Wolbachia Jadi Misi dari Bill Gates untuk Membentuk Genetik LGBT?

17 November 2023, 07:15 WIB
Ilustrasi, cek fakta, penyebarn nyamuk Wolbachia yang merupakan misi Bill Gates membentuk genetik LGBT. /lksuperboy/Pixabay

SEPUTARLAMPUNG.COM – Baru-baru ini berdedar di media sosial, postingan yang menyebutkan nyamuk Wolbachia yang merupakan misi dari Bill Gates untuk membentuk genetik LGBT beredar di tengah masyarakat.

 

Salah satu akun X bernama Tamin Pardede mengunggah sebuah cuitan di Twitter tentang penyebaran nyamuk Wolbachia pada 14 November 2023.

Adapun narasinya sebagai berikut:

“Penyebaran nyamuk Wolbachia adalah misi Bill Gates sebagai bapak LGBT ssedunia untuk membentuk genetik LGBT melalui nyamuk tersebut, yang mana Wolbachia berasal dari lalat drosophila, manusia akan jadi vektor mekanik penyebar kerusakan genetik laki-laki feminim.”

Baca Juga: Kalah dari Maroko, Nasib Garuda Muda Lolos 16 Besar Bergantung Korea Selatan dan Meksiko

Lalu benarkah narasi yang menyebutkan penyebaran nyamuk Wolbachia untuk membentuk genetik LGBT?

Berdasarkan hasil penelusuran tim Seputalampung.com dari laman resmi turnbackhoax.id, adanya klaim yang menyebutkan bahwa penyebaran nyamuk Wolbachia yang merupakan misi Bill Gates untuk membentuk genetik LGBT adalah adalah hoaks atau berita bohong.

Faktanya, pengajar dan peneliti Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Adi Utarini menjelaskan meski bakteri Wolbachia tidak berbahaya bagi manusia, namun efektif mencegah penularan demam berdarah melalui gigitan nyamuk.

Menurut dr. R.A. Adaninggar Primadia Nariswari, Sp.PD atau yang di kerap disapa dr. Ningz menjelaskan melalui akun TikToknya, Wolbachia merupakan bakteri yang secara alami ada di tubuh berbagai serangga, termasuk kupu-kupu, ngengat, capung, dan lalat buah, serta tidak direkayasa secara genetik.

Baca Juga: Kena Catut Masalah Perjokian di Lampung, ITB Belum Bisa Konfirmasi Pelaku adalah Mahasiswinya

Prof. dr. Adi Utarini menjelaskan bahwa Wolbachia merupakan bakteri yang dapat tumbuh secara alami pada serangga khususnya nyamuk, kecuali Aedes aegypti.

Bakteri Wolbachia dapat melumpuhkan virus demam berdarah, sehingga meskipun Aedes aegypti menghisap darah yang mengandung virus demam berdarah, ia akan kebal dan tidak akan menyebar ke dalam tubuh manusia.

Selain efisien dan efektif, hal ini juga memastikan bahwa Wolbachia aman dan gigitannya tidak mempengaruhi kesehatan manusia.

Khasiat Wolbachia sendiri telah diteliti sejak tahun 2011 oleh WMP di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija.

Penelitian terbatas dilakukan pada tahap persiapan dan pelepasan Aedes aegypti dengan Wolbachia (2011-2015).

Baca Juga: Ini Produk Lokal dan UMKM Terfavorit di Shopee 11.11 Big Sale, dari Sumatra hingga Papua

Peneliti yang kerap disapa Prof. Uut ini memaparkan perjalanan penelitian WMP Yogyakarta.

Persiapan keamanan dan kelayakan dilakukan pada tahun 2011, diikuti dengan rilis terbatas pada tahun 2014, kajian risiko pada tahun 2016, penelitian quasi-experimental pada tahun 2016, dan penelitian Randomised Controlled Trial pada tahun 2017 hingga 2020.

Teknologi Wolbachia ini diperkenalkan di Sleman dan Bantul oleh Dinas Kesehatan dan bekerja sama dengan pemerintah kabupaten pada tahun 2021 dan 2022.

“Setelah hasil uji efikasi Wolbachia selesai di Agustus 2020, saat ini kami fokus dalam implementasi teknologi Wolbachia di Kabupaten Sleman melalui program Si Wolly Nyaman, Wolbachia-Nyamuk Aman Cegah DBD di Sleman. Dalam program ini kami bekerja sama dengan Pemkab Sleman melalui Dinas Kesehatan Sleman,” jelasnya.

Penelitian ini menjadi tonggak sejarah bagi organisasi yang didukungnya. Adi Utarini adalah orang pertama yang membuktikan bahwa teknik ini berhasil menurunkan tingkat penyakit di masyarakat.

Bekerja sama dengan tim WMP Yogyakarta, Adi Utarini berhasil menurunkan kasus DBD di kota Yogyakarta sebesar 77%.

Baca Juga: POPULER Hari Ini: Biaya Haji Tahun 2024, Info Beasiswa untuk PPDB SMA hingga Besaran Gaji TKI di Luar Negeri

“Penelitian WMP Yogyakarta, sudah menghasilkan bukti bahwa di wilayah yang kita sebari nyamuk angka denguenya menurun 77,1% dan angka hospitalization karena dengue berkurang 86,1%. Intervensi ini efektivitasnya lebih bagus daripada vaksin dengue,” Ujar Prof. Uut.

Prof. Uut menambahkan, keberadaan inovasi Wolbachia tidak serta merta menghilangkan metode pencegahan dan pengendalian demam berdarah yang sudah ada di Indonesia.

Masyarakat tetap diimbau menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta melakukan 3M Plus seperti menguras, menutup, dan mendaur ulang.***

 
Editor: Dzikri Abdi Setia

Terkini

Terpopuler