Geger, China Dirikan Pabrik Vaksin di Berbagai Negara, Negeri Tirai Bambu Ditunduh Sedang Mata-Matai Publik!

- 26 Februari 2021, 18:40 WIB
Ilustrasi DNA.*
Ilustrasi DNA.* /Pixabay/Gerd Altmann/

SEPUTAR LAMPUNG - China kembali jadi sorotan publik terkait pembangunan pabrik vaksin yang sedang mereka kembangkan.

Ya, sejak Pandemi Covid-19 merebak, China sering menjadi sasaran empuk berbagai negara yang menuding Negara Presiden Xi Jinping inilah penyebab utama penyebaran virus Covid-19.

Tak hanya itu, sikap 'agresif' China yang ingin menguasai perairan Laut Natuna Utara juga membuat negara ini jadi bahan kritikan banyak negara, khususnya Amerika Serikat.

China juga baru-baru ini dituding sebagai negara paling 'diuntungkan' dengan terjadinya Pandemi Covid-19.

Baca Juga: Siap Bertugas, Tujuh Kepala Daerah Terpilih Pemenang Pilkada Lampung 2020 Resmi Dilantik Hari Ini

Kini, China diduga telah memata-matai masyarakat dunia lewat pengembangan pabrik vaksin di beberapa negara di dunia.

Dilansir dari laman NPR, China dituding memata-matai publik dengan memanfaatkan DNA mereka, setelah sukses membujuk beberapa negara untuk diizinkan mendirikan pabrik vaksin Covid-19.

Perusahaan China Beijing Genomics Institute diduga kuat mendapatkan akses ke DNA masyarakat yang diuji.

Tawaran yang disodorkan China memang membuat banyak negara tergoda, dan ingin mendirikan fasilitas pengujian mereka sendiri dalam waktu singkat.

Baca Juga: Siap Bertugas, Tujuh Kepala Daerah Terpilih Pemenang Pilkada Lampung 2020 Resmi Dilantik Hari Ini

Upaya China itu pun mendapat halangan setelah pejabat keamanan nasional Amerika Serikat mendesak negara-negara bagian menolak tawaran tersebut.

Pihak AS merasa khawatir tentang bagaimana China mungkin menggunakan data pribadi yang dikumpulkan, apalagi tentang orang Amerika.

“Kami benar-benar menjangkau mitra kami dan komunias untuk memastikan orang-orang sadar bahwa orang China melakukan tes ini, memberi tahu mereka tentang risikonya dan benar-benar meminta mereka untuk tidak mengikuti tes ini,” kata Mike Orlando, pimpinan Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional AS, bagian dari Kantor Direktur Intelijen Nasional.

Orlando mengungkapkan bahwa sejumlah pihak menolak tawaran China setelah ada desakan dari AS.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tematik Kelas 1 SD/MI Tema 8 Halaman 72, 78, 79, dan 80 Subtema 2 Pembelajaran 3 Materi Pujian

Beijing Genomic Institute, pemain global di dunia penelitian genomik, dilaporkan telah mendirikan laboratorium setidaknya di 18 negara, dan menyediakan alat penguji Covid-19 ke 180 negara, termasuk AS.

Perusahaan bioteknologi di China, As dan negara-negara lain secara rutin mengumpulkan DNA dan menggunakannya untuk membantu memandu pengembangan obat-obatan mutakhir yang bermanfaat bagi dunia.

Dilansir dari Pikiran Rakyat dalam artikel 'Kembangkan Pabrik Vaksin di Banyak Negara, China Dituding Kumpulkan DNA untuk Memata-matai Publik', BGI China mengklaim pihaknya telah mematuhi semua hukum di negara tempat beroperasi.

Namun, kelompok hak asasi manusia mengatakan pemerintah China telah menggunakan tes DNA untuk tujuan keamanan, seperti mengidentifikasi dan melacak Muslim Uighur, etnis dan agama minoritas yang anggotanya ditahan di kamp penahanan, di China Barat.

Baca Juga: Perhatikan, Ini Syarat dan Cara Daftar Sertifkat Tanah Elektronik, Tidak Dipungut Biaya!

Kelompok tersebut mengklaim bahwa polisi China telah bekerja untuk mengumpulkan sampel DNA dari populasi pria di negara itu, yang jumlahnya sekitar 700 juta.

Hal itu dilakukan untuk membantu mengawasi setengah dari populasi yang paling mungkin melakukan kejahatan.

Meski China melakukan pengumpulan DNA dengan terbuka dan legal, pihak-pihak yang bersangkutan harus melihatnya sebagai bagian dari upaya komprehensif untuk ‘mencuri’ jutaan data tentang warga AS.

“Sebagian besar orang Amerika mungkin datanya telah disusupi oleh unit intelijen dunia maya pemerintah China dan intelijen militer China,” kata April Falcon Doss yang bekerja di Bada Keamanan Nasional.

Baca Juga: Shinbi's House Season 2 Bakal Tayang Mulai Senin Depan di NET TV? Simak Sinopsis Globalnya Berikut Ini

Falcon Doss pun membeberkan dalih yang selama ini dipakai China di antaranya untuk meningkatkan ekonomi, memajukan teknologi, dan mendukung upaya spionase.

“China benar-benar telah menetapkan sebagai salah satu tujuan strategisnya, mencoba untuk mencapai dominasi dalam kecerdasan buatan, yang dibutuhkan untuk itu adalah data yang sangat banyak,” ujar Falcon.***(Nopsi Marga/Pikiran Rakyat)

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah