Warga China Mulai Kewalahan dengan Lockdown: Tidak Ada Satu pun Pelanggan Datang ke Tempat Usaha Saya

14 Oktober 2022, 16:36 WIB
Ilustrasi lockdown di China.* /Reuters

SEPUTARLAMPUNG.COM - Warga China mulai merasa kepayahan dengan kebijakan nol Covid-19 yang diterapkan oleh Otoritas setempat demi mencegah penularan masif virus tersebut.

Pasalnya, kebijalan lockdown yang kembali diterapkan dalam tiga bulan terakhir, membuat banyak pengusaha kecil di sana harus merugi.

Pembatasan wilayah yang sangat ketat diakui Warga Beijing, Cai Xu, 36, telah menggerus satu persatu usahanya.

Cai Xu menyampaikan bahwa dia sudah menutup empat dari lima barnya di Beijing dan Chengdu dalam tiga tahun terakhir.

Baca Juga: Dana KJP Plus Tahap 1 Oktober 2022 Belum juga Cair? Ternyata Ini Penyebabnya, Berikut Solusi agar Cepat Cair

Cai Xu menyampaikan bisnisnya mulai terganggu sejak adanya perintah penutupan sementara untuk mematuhi kebijakan Covid-19.

Sekarang, diakuinya malah hampir tidak ada satupun pelanggan yang mendatangi tempat usahanya.

"Sejak epidemi, saya menjadi cemas dan bingung, dan kemudian bar mulai tutup satu per satu," kata Cai.

Pada 2016, diketahui ia berhenti dari pekerjaannya sebagai arsitek di sebuah perusahaan milik negara untuk membuka bisnis pertamanya.

Baca Juga: Sore Ini, Kapolri Listyo Sigit Prabowo akan Ungkap Kabar Penangkapan Kapolda Jawa Timur Teddy Minahasa

Untuk mengimbangi penurunan pelanggan, Cai telah memulai pertunjukan musik live streaming di barnya kepada orang-orang yang dikarantina di rumah, aktivitas yang secara mengejutkan disukai orang.

Meski cara ini berhasil, Cai ingin menemukan cara lain untuk menjaga barnya yang tersisa di Beijing agar tetap bertahan.

Dilansir dari pikiranrakyat.com dalam artikel "Saat Warga China Menjerit di Tengah Kebijakan Nol Covid: Usaha Saya Tutup Satu per Satu", pembatasan Covid-19 yang sangat ketat di China berdampak pada bisnis dan pencari kerja di China.

Pasalnya Beijing berulang kali menekankan perlunya mempertahankan pendekatan tanpa toleransi terhadap virus Covid 19 ini yang dimaksudkan untuk menyelamatkan nyawa, bukan mata pencaharian.

Sejak 2020, China telah melaporkan 5.226 kasus kematian akibat Covid di antara 1,4 miliar penduduknya.

Sebaliknya, ada lebih dari 1 juta orang telah meninggal karena penyakit ini di Amerika Serikat.

Membatasi jumlah kematian akibat Covid di China dikabarkan telah merugikan sisi ekonominya.

Pada Januari-Maret, ekonomi China hampir tidak tumbuh karena pihak berwenang berjuang menghadapi varian Omicron yang sangat menular.

Baca Juga: Rekrutmen BPJS Kesehatan Masih Buka hingga 31 Oktober 2022, Ini Link Daftar, Keuntungan, dan Gaji Pegawainya

Pada bulan April 2022 lalu, tingkat pengangguran perkotaan mencapai 6,1 persen atau tertinggi sejak Februari 2020.*** (Puteri Ratnasari/Pikiran Rakyat)

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler