Update Teks Ceramah Ramadhan 2023 Singkat dengan Tema: Apakah Bisa Mengubah Takdir dengan Doa?

- 19 Maret 2023, 19:40 WIB
Teks ceramah atau kultum Ramadhan 2023 singkat dan terbaru dengan tema hubungan antara takdir dengan doa
Teks ceramah atau kultum Ramadhan 2023 singkat dan terbaru dengan tema hubungan antara takdir dengan doa /Tima Miroshnichenko/ pexels/

Ada yang bilang, doa bisa mengubah takdir. Ya, itu sabda Nabi: tak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa. Tapi, apa maksudnya? Bukankah garis ilahi bernama takdir itu adalah hal mutlak, tak bisa digugat? Lantas pikiran yang jenuh akhirnya berkata: untuk apalah berdoa. Sebab pasti takdir tuhan akan jatuh juga. Untuk apalah menyiram benih yang telah disemai, toh kalau tuhan menakdirkannya tumbuh, akan tumbuh jua.

Dan imam al-Ghazali menjawab kejanggalan itu. Kata beliau, doa ibarat sebuah tanda. Alamat akan jatuhnya suatu perkara. “Termasuk di antara takdir Allah, adalah tertangkalnya musibah berkat doa.” Kata beliau. Sederhananya, bila Allah sudah menggariskan seorang hamba akan tertimpa musibah, maka Allah juga menggariskan hamba-Nya untuk tidak diberi kesempatan berdoa: entah karena hamba itu lupa, atau punya anggapan aneh ‘apalah artinya berdoa’.

Baca Juga: 6 Sekolah Kedinasan Ini Terima Lulusan SMK untuk Jadi PNS, Salah Satunya STAN, Cek Jadwal dan Link Pendaftaran

Lain cerita, bila suratan menyatakan takdir buruk tak akan terjadi, Allah mestinya akan menakdirkan hambanya untuk berdoa. Demikian Sayyid Murtadha az-Zubaydi menafsiri dawuh imam al-Ghazali.

Artinya keliru jika masih ada yang berangkat berperang tapi enggan memakai baju zirah dan tak mau menenteng pedang, lalu percaya dengan mantap, pasrah kepada tuhan kalau nanti dia akan selamat. Sebab, mungkin itulah alamat ia akan mati di medan perang: sebab Allah menakdirkannya pergi dengan tangan kosong. Sebab takdir adalah umpama “jaring” yang saling terkait: ada sebab maka ada akibat.

Dan semua tidak saling bertaut. Setiap peristiwa ada hubungannya dengan peristiwa lain. “Ia yang menakdirkan kebaikan, menakdirkan kebaikan itu melalui suatu sebab. Dan Ia yang menakdirkan keburukan, juga menakdirkan suatu sebab untuk menolaknya.” Imbuh imam al-Ghazali.

Rasul pernah menegur sahabat yang enggan menambatkan tunggangannya dengan tali. Sahabat Nabi itu berujar, ia sudah bertawakkal. Namun Nabi adalah punggawanya bijak bestari, beliau tetap memerintahkan agar tunggangan itu diikat, barulah pantas berkata tawakal. Artinya, bahkan Nabi Muhammad SAW tidak menganjurkan kita berpangku tangan. Sebab setiap jerih payah dan usaha, termasuk doa yang kita panjatkan, —kita hanya bisa berharap— mungkin saja itu adalah tanda-tanda keberhasilan di hari kelak.***

Halaman:

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Lirboyo.net


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x