Karena ujung dari diwajibkannya puasa adalah melahirkan insan bertakwa, maka sudah selayaknya harus menjadi sebuah momentum untuk meninggalkan maksiat. Sehingga jangan sampai puasa hanya mendapatkan haus dan lapar. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah yang berbunyi:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْع وَالْعَطْش
Artinya: Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga. (HR An-Nasa’i).
Hadits di atas secara jelas memberikan suatu pengertian bahwa betapa banyak orang melakukan puasa dan sukses mencegah dirinya dari hal-hal yang membatalkan puasa, hanya saja tidak mandapatkan pahala. Lantas apa saja penyebab yang bisa menghilangkan pahala puasa?
Mari simak penjelasan Habib Zain bin Smith. Bahwa dalam kitab Al-Fawaidul Mukhtarah li Saliki Tariqil Akhirah memberikan tiga penafsiran terkait hadits di atas:
1. Tetap Melakukan Tindakan Buruk
Puasa tapi tidak meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang bisa menghilangkan pahala puasa, seperti, menggunjing orang lain, mengadu domba, dan berbohong. Alasan ini sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits:
خمسٌ يُفطِرن الصّائِم: الغِيبةُ، والنّمِيمةُ، والكذِبُ، والنّظرُ بِالشّهوةِ، واليمِينُ الكاذِبةُ