Ada mahluk Allah yang diberi otak namun tidak diberi akal, misalnya adalah para binatang. Jadi, siapa saja yang memiliki otak namun tidak menggunakan akalnya maka ia sama saja dengan binatang.
Ada juga mahluk Allah yang menggunakan akalnya namun tidak menggunakannya untuk menuntut ilmu, contohnya adalah para Jin.
Peradaban para Jin tidaklah semaju peredaban kita, hal tersebut karena mereka tidak menggunakan akal mereka untuk menuntut ilmu. Maka siapa saja yang memiliki akal namun tidak menggunakannya untuk menuntut ilmu, ia sama saja dengan para Jin.
Oleh karena itu, jama’ah sekalian, agama Islam menempatkan ilmu, para penuntut ilmu dan orang-orang yang memiliki ilmu di atas mahluk-mahluk yang lainnya. Allah swt berfirman dalam surat al-Mujadilah ayat 11,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Artinya: “Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11).
Rasulullah saw juga bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: “Ketika seorang manusia meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang salih yang mendoakannya.” (HSR. Muslim, al-Tirmidzy, Abu Dawud, al-Bayhaqy, al-Nasaiy dan lainnya. Sedangkan lafal hadis tersebut milik al-Nasaiy).