Perubahan watak tidaklah hanya bisa menular lewat penglihatan terhadap kejadian-kejadian dihadapan kita, bahkan hal ini bisa terjadi walau dengan mendengarkan kebaikan dan keburukan itu sendiri.
Dari sini kita akan sedikit tau makna yang terkandung dalam sabda nabi :
عِنْدَ ذِكْرِ الصَّالِحِيْنَ تَنْزِلُ الرَّحْمَةُ (سفيان بن عيينة ذكره ابن الجوزي في مقدمة صفوة الصفوة)
“Mengingat orang shaleh menjadi sebab turunnya rahmat” (Sufyan bin Uyainah dikutip oleh Ibnu Jauzi dalam Muqaddimah Shifat ash-Shafwah)
Sebagaimana yang di terangkan Imam Al-Ghozali, yang di kehendaki Rahmat disini adalah pahala surga dan bertemu Allah SWT.
Di Turunnya rahmat disini yakni sebab dari mendapatkan rahmat tersebut, berupa tergeraknya hati untuk ingin mengikuti tindak lampah atau laku mereka, yang sebelumnya ada perasaan senang terhadap kebaikan, itulah yang di maksud dengan rahmat di sini.
Dengan demikian pula, ketika kita mengambil kefahaman sebaliknya, akan berarti “ dengan mengingat orang bertabiat buruk akan menurunkan laknat” sebab dengan banyak menyebut mereka akan ada rasa meremehkan terhadap keburukan, selanjutnya sangat mungkin bagi seseorang untuk mau malakukan keburukan.
Jika sedemikian berpengaruhnya terhadap karakter seseorang walau hanya sekedar mengingat orang baik dan buruk, lantas bagaimana ketika kita melihat dan bergaul dengan mereka, kalau terus ditarik, betapa beruntungnya orang-orang yang semasa dengan tabiin, dengan sahabat Nabi, lebih beruntung lagi bisa semasa dan melihat langsung wajah mulia baginda Nabi Saw.
Kiranya dapat di mengerti, betapa islam tidak hanya mengatur kehidupan umatnya dalam perkara yang kasat mata saja, tetapi hal-hal yang tidak bisa dilihat sudah dengan rapi di jelaskan, tidaklah mungkin hal ini akan bisa di urai tanpa penjelasan langsung dari Sang Pencipta dengan perantara Nabi muliaNya.