Khutbah Jumat 24 Februari 2023 Singkat dan Terbaru Edisi Sya’ban, Tema: Ikhlas dalam Beribadah

- 24 Februari 2023, 07:45 WIB
Teks khutbah Jumat 24 Februari 2024 edisi spesial Sya'ban 1444 H untuk referensi khotib hari ini.
Teks khutbah Jumat 24 Februari 2024 edisi spesial Sya'ban 1444 H untuk referensi khotib hari ini. //Alena Darmel/ Pexels

SEPUTARLAMPUNG.COM – Ini teks khutbah Jumat 24 Februari 2023 yang singkat dan terbaru untuk referensi khotib Shalat Jumat hari ini.

Materi khutbah Jumat hari ini dibuat singkat dan mudah dipahami dengan tema "Ikhlas dalam Beribadah", yang cocok untuk dibawakan saat khutbah edisi Sya'ban 1444 H.

Di mana pada bulan ini, Umat Islam semestinya meningkatkan ibadah dan bersiap menghadapi bulan suci Ramadan.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

وَمَآ أُمِرُوْآ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ

Dan mereka tidaklah diperintahkan kecuali agar beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (QS. Al Bayyinah: 5).

Baca Juga: Contoh Ucapan Maaf dan Selamat Puasa Ramadhan 1444 H 2023 dalam 4 Bahasa: Indonesia, Inggris, Jawa, dan Sunda

Dalam Islam, ada banyak macam ibadah baik yang wajib maupun yang sunnah. Misalnya sholat 5 waktu, shalat dhuha, shalat tahajjud, puasa Ramadan, ouasa Daud, puasa Ayyamud Bidh, bersedekah, membayar Zakat, dan lain sebagainya.

Untuk menambah takwa kepada Allah SWT, ibadah yang dilakukan haruslah ikhlas karena Allah Ta'ala. 

Secara sederhana, ikhlas adalah sikap untuk merelakan sesuatu yang kita anggap paling baik dengan harapan mendapatkan ridha dari Allah SWT.

Baca Juga: Ziarah Kubur Jelang Ramadhan, Penghuni Kubur Tahu Dikunjungi? Ini Penjelasan Ustadz Syafiq Riza Basalamah

Khutbah Jumat Singkat dan Terbaru Hari Ini

Inilah teks khutbah Jumat 24 Februari 2023 singkat dan terbaru dengan tema ikhlas dalam beribadah, sebagaimana dilansir seputarlampung.com dari laman KhotbahJumat.

KHUTBAH PERTAMA

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.

“يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”.

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”

أما بعد

Jamaah Jumat rahimakumullah

Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Kaum muslimin jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah. Sesungguhnya tujuan utama agama Islam adalah agar manusia beribadah kepada Allah Ta’ala dengan ikhlas. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَآ أُمِرُوْآ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ

Dan mereka tidaklah diperintahkan kecuali agar beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (QS. Al Bayyinah: 5).

Lalu apa yang dimaksud dengan keikhlasan? Ikhlas secara bahasa artinya memurnikan sesuatu dan membersihkannya dari campuran. Secara istilah, ada beberapa ta’rif, di antaranya adalah:

  • Ikhlas adalah penyucian niat dari seluruh noda dalam mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Noda di sini misalnya mencari perhatian makhluk dan pujian mereka.
  • Ikhlas adalah pengesaan Allah Ta’ala dalam niat dan ketaatan. 
  • Ikhlas adalah melupakan perhatian makhluk dan selalu mencari illah Ta’ala. antaranya adalah: ya dari campuran. perhatian al-Khaliq.
  • Ikhlas adalah seorang berniat mendekatkan diri kepada Allah dalam ibadahnya. 
  • Ikhlas adalah samanya perbuatan seorang hamba antara yang nampak dan yang tersembunyi. 

Baca Juga: Contoh Khutbah Jumat Singkat 24 Februari 2023 Spesial Sya'ban 1444 H, Tema: Hikmah dan Keutamaan Bulan Syaban

Singkatnya, ikhlas adalah seseorang beribadah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, mengharapkan pahala-Nya, takut terhadap siksa-Nya dan ingin mencari ridha-Nya.

Dzun Nun al-Mishri rahimahullah berkata: “Tiga tanda keikhlasan adalah: (1) Seimbangnya pujian dan celaan orang-orang terhadapnya, (2) Lupa melihat amal dalam beramal, (3) Dan mengharapkan pahala amalnya di akhirat.”

Ikhlas adalah asas keberhasilan dan keberuntungan di dunia dan akhirat. Ikhlas bagi amal ibarat pondasi bagi sebuah bangunan dan ibarat ruh bagi sebuah jasad, di mana sebuah bangunan tidak akan dapat berdiri kokoh tanpa pondasi, demikian juga jasad tidak akan dapat hidup tanpa ruh. Oleh karena itu, amal shalih yang kosong dari keikhlasan akan menjadikannya mati, tidak bernilai serta tidak membuahkan apa-apa, atau dengan kata lain “wujuuduhaa ka’adamihaa” (keberadaannya sama seperti ketidakadaannya).

Ikhlas juga merupakan syarat diterimanya amal di samping sesuai dengan sunnah. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dalam hadits Qudsi:

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Aku sangat tidak butuh sekutu, siapa saja yang beramal menyekutukan sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan meninggalkan dia dan syiriknya.” (HR. Muslim).

Ikhlas tempatnya di hati. Saat hati seseorang menjadi baik dengan ikhlas, maka anggota badan yang lain ikut menjadi baik. Sebaliknya, jika hatinya rusak, misalnya oleh riya’, sum’ah, hubbusy syuhrah (agar dikenal), mengharapkan dunia dalam amalnya, ‘ujub (bangga diri) dsb.

Maka akan rusaklah seluruh jasadnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ .

“Apabila hati menjadi baik, maka akan baik pula seluruh jasadnya, dan apabila hati menjadi rusak, maka akan rusak seluruh jasadnya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Seseorang dituntut untuk berniat ikhlas dalam seluruh amal shalihnya, baik shalatnya, zakatnya, puasanya, jihadnya, amar ma'ruf dan nahi munkarnya, serta amal shalih lainnya, termasuk belajarnya.

Ibnu Mas'ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Janganlah kalian belajar agama karena tiga hal; agar dapat mengalahkan orang-orang tidak tahu, agar dapat mendebat para fuqaha’ dan agar perhatian orang-orang beralih kepada kalian. Niatkanlah dalam kata-kata dan perbuatan kalian untuk memperoleh apa yang ada di sisi Allah, karena hal itu akan kekal, adapun lainnya akan hilang.”

Buah yang dihasilkan dari keikhlasan sungguh banyak, seorang yang ikhlas dalam mengucapkan laa ilaaha illallah, maka Allah akan mengharamkan neraka baginya.

Seorang yang mengikuti ucapan muadzin dengan ikhlas, maka Allah akan memasukkannya ke surga. Seorang yang menuntut ilmu agama dengan ikhlas, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Seorang yang ikhlas menjalankan puasa, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Bahkan perbuatan mubah akan menjadi berpahala dengan keikhlasan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِيَ بِهَا وَجْهُ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا حََتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ

“Sesungguhnya kamu tidaklah menafkahkah satu nafkah pun karena mengharapkan keridhaan Allah, kecuali kamu akan diberikan pahala terhadapnya sampai dalam suapan yang kamu masukkan ke dalam mulut istrimu.” (HR. Bukhari-Muslim)

Baca Juga: Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Maret 2023 Bertepatan dengan Bulan Syaban 1444 H, Tanggal Berapa? Ini Keutamaanya

Perhatikanlah kisah tiga orang yang bermalam di sebuah gua, lalu jatuh sebuah batu besar menutupi gua tersebut, sehingga mereka tidak bisa keluar. Masing-masing mereka berdoa kepada Allah dengan menyebutkan amal shalih yang mereka kerjakan dengan ikhlas, akhirnya Allah menyingkirkan batu tersebut dari gua, hingga mereka semua bisa keluar. Ini sebuah contoh buah dari keikhlasan. Sebaliknya, jika amal shalih dikerjakan atas dasar niat yang tidak ikhlas, bukan mendapatkan pahala, bahkan mendapatkan siksa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Ia pun dihadapkan, lalu Allah mengingatkan kepadanya nikmat-nikmat-Nya, ia pun mengingatnya, kemudian ditanya, “Kamu gunakan untuk apa nikmat itu?”

Ia menjawab, “Aku (gunakan untuk) berperang di jalan-Mu hingga aku mati syahid”, Allah berfirman, “Kamu dusta, sebenarnya kamu berperang agar dikatakan sebagai pemberani dan sudah dikatakan demikian”, kemudian Allah memerintahkan orang itu agar dibawa, lalu ia diseret dalam keadaan telungkup kemudian dilempar ke neraka.

(Kedua) seorang yang belajar agama, mengajarkannya dan membaca Alquran, ia pun dihadapkan, lalu Allah mengingatkan kepadanya nikmat-nikmat-Nya, ia pun mengingatnya, kemudian ditanya, “Kamu gunakan untuk apa nikmat itu?”

Ia menjawab, “Aku (gunakan untuk) mempelajari agama, mengajarkannya dan membaca Alquran karena Engkau”, Allah berfirman: “Kamu dusta, sebenarnya kamu belajar agama agar dikatakan orang alim, dan membaca Alquran agar dikatakan qaari’, dan sudah dikatakan”,

Kemudian Allah memerintahkan orang itu agar dibawa, lalu ia diseret dalam keadaan telungkup kemudian dilempar ke neraka.

(Ketiga) seseorang yang dilapangkan rezekinya dan diberikan kepadanya berbagai jenis harta, ia pun dihadapkan, lalu Allah mengingatkan kepadanya nikmat-nikmat-Nya, ia pun mengingatnya, kemudian ditanya, “Kamu gunakan untuk apa nikmat itu?”

Ia menjawab, “Tidak ada satupun jalan, di mana Engkau suka dikeluarkan infak di sana kecuali aku keluarkan karena Engkau”. Allah berfirman, “Kamu dusta, sebenarnya kamu lakukan hal itu agar dikatakan sebagai orang yang dermawan dan sudah dikatakan”, kemudian Allah memerintahkan orang itu agar dibawa, lalu ia diseret dalam keadaan telungkup kemudian dilempar ke neraka.” (HR. Muslim).

Berikut beberapa contoh riya’ dan amalan yang kurang ikhlas:

Seorang menambahkan lagi ketaatannya ketika dipuji, atau mengurangi bahkan meninggalkan ketaatan ketika dicela. Seseorang beramal shalih dan berakhlak mulia agar dicintai orang-orang, diperlakukan secara baik dan mendapat tempat di hati mereka. Jika hal itu tidak tercapai, ia pun berat sekali melakukannya.

Seseorang bersedekah karena ingin dilihat orang, jika tidak ada yang melihatnya, ia tidak mau bersedekah.

Ibnu Rajab berkata, “Dan termasuk penyakit riya’ yang tersembunyi adalah bahwa seseorang terkadang merendahkan dirinya, di hadapan manusia, mengharap dengan itu agar manusia melihat bahwa dirinya adalah seorang tawadhu’, sehingga terangkat kedudukannya di sisi mereka dan mendapat pujian dari mereka..”

Seorang yang berjihad agar ia terbiasa perang.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat dan Terbaru Spesial Bulan Syaban 24 Februari 2023 Tema Keutamaan Sholat Berjamaah

KHUTBAH KEDUA

اَلحَمْدُ لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار، وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Manusia ketika beramal shalih memiliki motivasi yang beragam, hal ini perlu kita ketahui bukan untuk mengoreksi pribadi orang lain, akan tetapi kita muhasabah, kita koreksi diri kita masing-masing.

Orang-orang dalam beramal shalih beraneka ragam sbb:

Ada yang beramal shalih, niatnya murni riya’, seperti orang-orang munafik. Di mana, amal yang dilakukan tidak lain agar mendapatkan perhatian dari orang lain. Amalan ini sia-sia. Seorang yang beramal shalih, niat asalnya karena Allah bercampur riya’ dari awal hingga akhirnya. Nas-nas yang shahih menunjukkan bahwa amalnya juga sia-sia.

Seorang yang beramal shalih, niat asalnya ikhlas lillah, namun kedatangan riya’ di tengah-tengahnya. maka dalam hal ini ada dua keadaan:

1. Awal ibadah dan akhirnya terpisah, maka yang awalnya sah dan yang terakhirnya sia-sia. Contoh: Seseorang mempunyai 20.000,- yang ingin disedekahkannya, ia pun menyedekahkan 10.000, yang pertama ikhlas lillah, namun 10.000,- sisanya karena riya’. Maka yang pertama sah, sedangkan yang kedua sia-sia.

2. Awal ibadah dengan akhirnya menyatu. Dalam hal ini ada dua keadaan juga: Riya’ yang datang tiba-tiba dilawannya, kemudian berhasil disingkirkan. Maka amal shalihnya tetap sah.

b. Riya’ yang datang tiba-tiba dibiarkannya, akhirnya dirinya terbawa oleh riya’ tersebut. Maka dalam hal ini amalnya sia-sia.

Di antara sebab timbulnya riya’ adalah karena lemahnya keimanan dan karena kebodohan. Oleh karena itu, ketika iman lemah, seseorang mudah berbuat maksiat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَزْنِى الزَّانِى حِينَ يَزْنِى وَهْوَ مُؤْمِنٌ ، وَلاَ يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُ وَهْوَ مُؤْمِنٌ ،

“Tidaklah berzina seorang pezina ketika dia sedang berzina sedang dia seorang mukmin, dan tidaklah ia meminum khamr ketika dia sedang meminumnya sedang dia mukmin.” (HR. Bukhari)

Demikian juga, seseorang tidaklah berbuat kemaksiatan kecuali karena ia jahil (bodoh), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Segala maksiat itu bersumber pada kebodohan, dan seandainya manusia mengetahui ilmu yang bermanfaat niscaya ia tidak melakukan maksiat.”

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Singkat Edisi 24 Februari 2023, Tema Pilihan: Produktivitas dan Prestasi dalam Islam

Selanjutnya beliau berkata ketika menafsirkan ayat:

إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاؤُا

Sesungguhnya hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah ulama (QS. Al Fathir: 28).

“Setiap orang takut kepada Allah dan taat kepada-Nya serta tidak memaksiati-Nya maka dia adalah alim/berilmu.”

Obat lemahnya iman dan kebodohan adalah dengan belajar dan beramal. Termasuk sebab timbulnya riya’ juga adalah karena menyukai pujian, takut celaan dan menyukai pemberian.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Tidak mungkin berkumpul bersama antara ikhlas dengan mencintai pujian, sanjungan serta tamak (rakus) terhadap harta manusia kecuali seperti berkumpulnya air dengan api, binatang dhab (mirip biawak namun kecil) dengan ikan besar (pemangsanya).”

Cara agar kita tidak cinta terhadap pujian manusia adalah dengan mengetahui bahwa pujian seseorang tidaklah bermanfaat apa-apa, demikian juga celaannya tidaklah berbahaya, yang bermanfaat adalah pujian Allah Subhanahu wa Ta’ala dan yang berbahaya adalah celaan-Nya.

Sedangkan cara agar kita tidak tamak terhadap harta manusia adalah dengan mengetahui bahwa harta yang kita inginkan tersebut di tangan Allah-lah perbendaharaan. Termasuk cara agar dapat menghindarkan diri dari riya’ adalah dengan menyembunyikan amal shalih.

Hal ini telah diisyaratkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya tentang tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya, di antaranya,

“Seorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikan sedekahnya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dikeluarkan oleh tangan kanannya.“ (Sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari-Muslim).

Termasuk obat penyakit riya’ adalah:

Seseorang mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mendengar dan Melihat serta mengetahui apa saja yang kita sembunyikan dan kita tampakkan. Meyakini bahwa pahala hanya milik Allah, selain-Nya tidak memiliki pahala. Mengetahui bahwa dunia ini tidak ada apa-apanya dibanding akhirat.

Berdoa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلشِّرْكُ فِيْكُمْ أَخْفَى مِنْ دَبِيْبِ النَّمْلِ، وَسَأَدُلُّكَ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتَهُ أُذْهِبَ عَنْكَ صِغَُارُ الشِّرْكِ وَكِبَارُهُ، تَقُوْلُ: اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ

“Syirk yang menimpamu lebih halus daripada rayapan semut. Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang jika kamu lakukan, niscaya akan dihilangkan dari syirik yang besar maupun yang kecil. Yaitu kamu berkata: “Allaahumma innii a’uudzu bika an usyrika bika wa ana a'lamu wa astaghfiruka limaa laa a’lamu” (artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahui, dan aku meminta ampun kepada-Mu terhadap hal yang tidak aku ketahui.” (Shahihul Jami’: 3625)

Kesimpulannya, bahwa amalan yang didasari motivasi mencari pujian dan sanjungan manusia atau mengharapkan imbalan dari mereka merupakan amalan tercela meskipun zhahirnya kelihatan sebagai amal shalih.

Namun demikian, tidaklah mengurangi keikhlasan jika ternyata ada orang lain yang memuji amalnya, asalkan niatnya tetap ikhlas lillah berdasarkan hadits riwayat Muslim bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang seseorang yang beramal karena cinta kepada Allah, lalu orang-orang memujinya, maka Beliau menjawab:

تِلْكَ عَاجِلُ بُشْرَى الْمُؤْمِنِ

“Itu adalah kabar gembira bagi seorang mukmin yang disegerakan.”

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita hamba-hambanya yang ikhlas kepada-Nya dalam setiap amalan kita, kemudian memberi petunjuk kepada kita untuk istiqomah di jalan tersebut.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا

أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Itulah materi khutbah Jumat 24 Februari 2024 edisi spesial Sya'ban 1444 H untuk referensi khotib hari ini.***

Editor: Desy Listhiana Anggraini


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah