Contoh Khutbah Jumat Singkat 24 Februari 2023 Spesial Sya'ban 1444 H, Tema: Hikmah dan Keutamaan Bulan Syaban

- 23 Februari 2023, 18:45 WIB
Materi Khutbah Jumat 24 Februari 2023 singkat dan terbaru tentang Hikmah Bulan Syaban./ Lisa Fotios / Pexels
Materi Khutbah Jumat 24 Februari 2023 singkat dan terbaru tentang Hikmah Bulan Syaban./ Lisa Fotios / Pexels /

SEPUTARLAMPUNG.COM - Ini contoh teks khutbah Jumat 24 Februari 2023 singkat dan terbaru tentang "Hikmah dan Keutamaan Bulan Syaban".

 

Teks khutbah Jumat ini bisa menjadi referensi khotib shalat Jumat untuk dibacakan pada 24 Februari 2023.

Dalam kalender Islam, Jumat, 24 Februari 2023 bertepatan dengan 3 Sya'ban 1444 H. Bertemunya kita dengan Bulan Syaban menandakan bahwa kita telah dekat dengan bulan suci Ramadan.

Itu artinya, Umat Islam sebentar lagi akan bertemu dengan bulan yang penuh berkah yakni Ramadan 1444 H. Syaban berada di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan.

3 bulan ini (Rajab, Syaban, Ramadan) merupaka bulan yang istimewa dalam sejarah Islam. Banyak hikmah dan keutamaan dari ketiga bulan ini.

Baca Juga: Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Maret 2023 Bertepatan dengan Bulan Syaban 1444 H, Tanggal Berapa? Ini Keutamaanya

Syaban adalah momen yang tepat untuk melatih diri kita agar terbiasa membaca Al Quran dan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah seperti shalat Tahajjud dan berpuasa. Sebab setelah bulan ini, umat Islam akan diwajibkan untuk melaksanakan puasa Ramadan bagi yang tidak memiliki halangan syar'i.

Untuk itu, khutbah Jumat 24 Februari 2023 kali ini dapat menjadi momen khatib untuk menjelaskan lebih lanjut tentang hikmah dan keutamaan Bulan Syaban.

Berikut contoh teks khutbah Jumat singkat untuk 24 Februari 2023 dengan tema Hikmah dan Keutamaan Bulan Syaban.

Baca Juga: Ini Jadwal Terbaru Puasa Syaban 2023, Lengkap Bacaan Niat Puasa serta Arti dan Keutamaan

Teks Khutbah Jumat 24 Februari 2023

Teks khutbah Jumat 24 Februari 2023 di bawah ini bertema, 'Amalan-Amalan, Keutamaan dan Hikmah Bulan Syaban’ yang disampaikan oleh Dr. Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A, sebagaimana dikutip Seputarlampung.com dari laman stiba.ac.id.

Khutbah Pertama

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ ِبِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala

Bulan Sya’ban adalah bulan ke delapan dalam Islam. Para ulama mengatakan bahwa bulan ini dinamakan Sya’ban karena berasal dari kata sya’b atau syi’b yang kadang disebut dengan lembah. Manusia berpencar untuk mencari air setelah berlalunya bulan Rajab.

Bulan Sya’ban di satu sisi bagi kebanyakan orang tidak memiliki keistimewaan tersendiri, namun ternyata Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam mengistimewakannya dengan melakukan berbagai amalan di dalamnya, di antaranya adalah dengan berpuasa.

Imam Ahmad dan Imam Nasai rahimahumallahu meriwayatkan dari sahabat yang mulia Usamah bin Zaid radhiyallahu anhuma, salah seorang sahabat yang paling dekat dan dicintai oleh Nabi shallallahu alaih wa sallam. Beliau memerhatikan bahwa junjungan beliau yang paling beliau cintai dan mencintai beliau, ketika datang bulan Sya’ban memperbanyak puasa. Tidak sama dengan bulan-bulan yang lain. Maka beliau bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Ada apa gerangan wahai Rasulullah sehingga Anda memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban, puasa yang tidak pernah Anda lakukan sebanyak itu selain di bulan Sya’ban?”

Baca Juga: Muhammadiyah Telah Tetapkan Awal Ramadan 2023, Bagaimana Nahdlatul Ulama dan Pemerintah? Apakah Serentak?

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjawab pertanyaan ini dengan dua alasan. Pertama: Beliau mengatakan,

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ

“Itulah bulan yang manusia lalai darinya bulan yang berada di antara Rajab dan Ramadhan….” (HR. An-Nasa’i).

Banyak manusia yang melalaikan bulan Sya’ban. Banyak manusia yang memforsir ibadah di bulan Rajab, karena dia merupakan salah satu bulan yang diharamkan atau diagungkan oleh Allah. Lalu seolah dengan berlalunya bulan Rajab maka tiba waktu untuk beristirahat sebelum masuk bulan Ramadhan. Bulan yang nantinya mereka akan kembali mengoptimalkan ibadah di dalamnya.

Melihat fenomena ini, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ingin mengubah pandangan mereka. Sehingga beliau justru memperbanyak ibadah di bulan Sya’ban. Salah satunya adalah dengan memperbanyak puasa sunnah.

Kedua: Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan,

وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“….Dia adalah bulan yang diangkat di dalamnya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku senang jika amalanku diangkat sementara aku sedang berpuasa.” (HR. An-Nasa’i).

Baca Juga: Ini 23 Universitas Terbaik di Bandung Jawa Barat Versi UniRank 2022, Adakah Kampus Pilihanmu?

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa bulan Sya’ban merupakan bulan di mana amal-amal shaleh diangkat dan dilaporkan kepada Allah Rabbul ‘Alamin. Dan beliau suka ketika amalannya diangkat ke langit dan malaikat membawa catatan amalannya di sisi Allah malaikat berkata, “Wahai Allah hamba-Mu Muhammad dalam keadaan berpuasa, ketika saya membawa catatan-catatan malam ini.”

Hal tersebut juga mengingatkan kita tentang alasan mengapa beliau Shallallahu alaihi wa sallam berpuasa Senin Kamis. Beliau menjelaskan alasannya adalah karena hari-hari tersebut adalah waktu diangkatnya amal-amal shaleh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bulan Sya’ban yang banyak dilalaikan ini, ternyata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam justru memperbanyak beribadah di dalamnya dengan dua alasan tadi. Karena manusia banyak melalaikannya. Ini merupakan isyarat bahwa ketika banyak manusia yang lalai dan lupa kepada Allah pada suatu waktu, lalu ada hamba yang memanfaatkan waktu tersebut, maka hamba itu menjadi mulia di sisi Allah ‘Azza wa Jalla.

Bukankah kita masih ingat bahwa di antara shalat-shalat yang begitu dianjurkan kepada kita adalah shalat lail yang merupakan shalat yang paling afdhal? Di antara alasan mengapa dia menjadi afdhal adalah karena pada waktu shalat lail itulah banyak manusia yang lalai. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا اْلأَرْحَـامَ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ.

“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali silaturahim dan shalatlah di malam hari saat manusia tertidur, niscaya kalian akan masuk ke dalam surga dengan selamat.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ad-Darimi).

Hadits di atas mengisyaratkan kepada kita bahwa siapa yang bangkit dan beribadah pada waktu di mana kebanyakan manusia lalai, maka dia akan mendapatkan keutamaan di sisi Allah Subahanahu wa Ta’ala. Bukankah ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam menyebutkan akan terjadinya fitnah di tengah-tengah kaum muslmin, terjadi pertempuran, pertengkaran dan seterusnya maka pada saat itu manusia akan disibukkan dengan fitnah-fitnah yang terjadi di tengah-tengah mereka, maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

العِبَادَةُ فِي الهَرْجِ كَهِجْرَةِ إلَيَّ

“Ibadah pada zaman al-harj seperti hijrah kepadaku.” (HR Muslim dan Ibnu Majah).

Bukankah Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam mengatakan,

طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ فَقِيلَ مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُنَاسٌ صَالِحُونَ فِى أُنَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ

“Beruntunglah orang-orang yang terasing.” Lalu ada yang bertanya, “Siapa orang yang terasing itu wahai, Rasulullah?” Jawab beliau, “Orang-orang yang shalih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek. Orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada yang menaatinya.” (HR. Ahmad).

Maka mari kita memanfaatkan waktu ini untuk memperbanyak ibadah utamanya ibadah puasa. Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika ditanya bagaimana puasa Nabi shallallahu alaihi wasallam pada bulan Sya’ban? Beliau mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berpuasa dalam satu bulan lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Singkat Edisi 24 Februari 2023, Tema Pilihan: Produktivitas dan Prestasi dalam Islam

Walaupun yang dimaksud dengan puasa satu bulan penuh adalah memperbanyak puasa, sebagaimana dikatakan oleh para ulama berdasarkan informasi dari istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang lainnya. Jadi dikatakan bahwa beliau berpuasa sebulan penuh karena beliau memperbanyak puasa di bulan tersebut.

Sekalipun bulan Muharram adalah bulan yang paling afdhal untuk berpuasa sunnah namun puasa sunnah yang paling banyak dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah justru di bulan Sya’ban.

Lalu apa hikmahnya?

Para ulama menyebutkan bahwa hikmah terbesar mengapa beliau memperbanyak puasa di bulan Sya’ban adalah sebagai persiapan, latihan, dan pemanasan sebelum memasuki musabaqah atau perlombaan yang hakiki. Yaitu perlombaan hamba-hamba Allah di bulan Ramadhan untuk menuju predikat yang paling tinggi bagi seorang hamba yaitu predikat takwa. Maka marilah kita memanfaatkan waktu ini untuk melatih diri kita berpuasa.

Mungkin sebagian kita, sejak perginya bulan Ramadhan yang lalu tidak lagi pernah merasakan bagaimana indahnya berpuasa karena Allah. Maka saatnya kita mencoba berpuasa di bulan Sya’ban ini agar tubuh kita tidak kaget dengan kedatangan bulan Ramadhan, di mana kita akan berlapar-lapar dan berhaus-haus karena Allah selama satu bulan penuh. Untuk itu kita jadikan Sya’ban sebagai latihan dan pemanasan bagi kita.

Para salaf memahami bahwa bukan hanya puasa yang harus kita biasakan sebelum datangnya bulan Ramadhan. Di antara ibadah yang mereka anjurkan untuk dibiasakan sejak sekarang adalah membaca Alquran. Karena Ramadhan adalah bulannya Alquran sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَ بَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِ ۚ

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185).

 

Dia adalah bulan untuk membaca Alquran dan mengkhatamkannya berkali-kali, tiga kali, sepuluh kali, bahkan ada dari kalangan ulama kita yang mengkhatamkannya sebanyak enam puluh kali. Tapi tidak mungkin kita bisa membaca Al-Quran sebanyak itu, jika kita tidak pernah menyentuh Al-Quran sejak perginya Ramadhan yang lalu.

Maka bulan Sya’ban adalah bulannya membaca Alquran. Kata Salamah bin Suhail, “Bulan Sya’ban adalah bulannya para qurro‘ (pembaca Alquran)”.

Amr bin Qais Al-Mula’i beliau bahkan menutup kedai-kedai beliau setelah datangnya bulan Sya’ban untuk mengonsentrasikan diri khusus untuk membaca Al-Quran.

Bulan Ramadan adalah bulan yang mulia, bulan suci, bulan yang bersih. Maka mari kita bersihkan hati-hati kita dengan memperbanyak taubat kepada Allah dan menghentikan maksiat-maksiat yang selama ini kita lakukan.

Bulan Ramadan adalah bulan yang suci dan bersih, maka tidak mungkin kita sambut dengan sebaik-baiknya kecuali dengan hati yang bersih pula. Dan cara membersihkan hati adalah dengan banyak taubat kepada Allah serta memperbanyak amal shaleh, karena amal shaleh bisa menghilangkan noda-noda kemaksiatan dan dosa kita.

Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat dan Terbaru Spesial Bulan Syaban 24 Februari 2023 Tema Keutamaan Sholat Berjamaah

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَـفًا مِّنَ الَّيْلِؕاِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِؕذٰ لِكَ ذِكْرٰى لِلذّٰكِرِيْنَ

“Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).” (QS. Hud: Ayat 114).

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ للهِ عَلَىْ إِحْسَاْنِهِ ، وَالْشُّكْرُ لَهُ عَلَىْ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَاْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاْ إِلَهَ إِلَّاْ اللهُ ، وَحْدَهُ لَاْ شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمَاً لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَاً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْدَّاْعِيْ إِلَىْ رِضْوَاْنِهِ صَلَّى اللهُ عَلِيْهِ وَعَلَىْ آلِهِ وَأَصْحَاْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمَاً كَثِيْرَاً .

Sebagai penutup! Saat ini kita berada di pertengahan bulan Sya’ban. Lalu apakah ada amalan khusus dengan datangnya pertengahan Sya’ban?

Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلاَ تَصُومُوا

“Jika tersisa separuh bulan Sya’ban, maka janganlah kalian berpuasa.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud).

Hadits ini dishahihkan oleh sebagian ulama dan dilemahkan oleh sebagian yang lain. Ulama yang melemahkannya mengatakan bahwa tetap dibolehkan untuk berpuasa sunnah sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Dan sebagian ulama yang menshahihkannya mengatakan bahwa maksudnya adalah jangan memulai berpuasa di pertengahan Sya’ban sehingga orang-orang yang memulai puasanya di awal Sya’ban tidak mengapa meneruskan puasa sunnahnya. Kesimpulannya, ketika datang pertengahan Sya’ban maka tidak mengapa insya Allah bagi mereka yang ingin melakukan puasa-puasa sunnah untuk berpuasa.

Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah yang mengatakan bahwa malam Sya’ban adalah malam di mana Allah mengampuni seluruh hamba-hamba-Nya kecuali seorang musyrik dan seseorang yang bertengkar dengan saudaranya. Hadits ini pun dilemahkan oleh sebagian ulama dan dishahihkan oleh sebagian yang lainnya. Ulama yang menshahihkannya menjelaskan bahwa hal ini menunjukkan di antara keutamaan bulan Sya’ban dan secara khusus pertengahannya. Namun tidak ada penegasan bahwa adanya ibadah-ibadah dan amalan-amalan khusus seperti shalat-shalat dan puasa-puasa khusus yang hanya diniatkan pada pertengahan Sya’ban.

Baca Juga: Contoh Teks Khutbah Jumat Terbaru Edisi 24 Februari 2023, Tema: Rahasia di Bulan Sya’ban

Syaban secara keseluruhan adalah momen untuk memperbanyak ibadah dan tidak khusus hanya di lima belas Sya’ban saja.

Tentu saja yang terpenting dari semua ini adalah kita perlu memperbanyak doa kepada Allah, karena sekalipun Ramadhan sudah sangat dekat, namun tidak ada jaminan bahwa kita masih hidup ketika hilal Ramadhan terlihat. Padahal kita begitu butuh dengan Ramadhan. Maka mari kita memperbanyak doa agar Allah kembali mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan.

Dan yang lebih penting dari itu adalah semoga kita bisa menjadi orang-orang yang memanfaatkan bulan Ramadhan dengan banyak beribadah sebagaimana yang Allah inginkan dari kita dan dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad shallallah alaihi wa sallam.

Hari jumat adalah waktu yang tepat untuk beribadah dan berdoa kepada Allah. Hari ini ada satu waktu yang kapan seorang hamba berdoa pada waktu tersebut pasti Allah akan mengabulkan doanya. Kita juga dianjurkan untuk memperbanyak shalawat serta salam kepada Nabi yang tercinta Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ . وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،يَا سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَ لْمُسلِمِين وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَ المُشْرِكِينَ والْمُنَافِقِينَ وَأَعدَاءَكَ وَأَعدَاءِنَا يَا عَزِيزٌ يَا قَهَّارٌ يَا رَبَّ العَالَمِينَ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. رَبَّنَا تَقَبَّل مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَسَائِرَ أَعمَالِنَا يَا أَرحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللَّهُمَّ إنَّا نَسأَلُكَ حُسنَ الخَاالخَاتِمَةِ. رَبَّنَا ارزُقنَا حُسنَ الخَاتِمَةِ يَا أَرحَمَ الرَّحِمِينَ. َرَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Itulah teks khutbah Jumat yang singkat untuk referensi khotib pada 24 Februari 2023, bertema Hikmah dan Keutamaan Bulan Syaban.***

Editor: Desy Listhiana Anggraini


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah