Sebelum menjelaskan dalil bahwa istighfar dan taubat itu dapat mendatangkan rezeki, khotib ingin menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan istighfar. Istighfar di sini bukan sekadar ucapan lisan. Tapi istighfar yang diiringi dengan perenungan dan bukti dengan amalan anggota badan. Kalau cuma di lisan itu adalah taubatnya para pembohong.
Raghib as-Sirjani rahimahullah mendefinisikan taubat itu dengan meninggalkan perbuatan dosa karena keburukannya. Menyesali dosa yang dia lakukan. Dan berusa sekuat tenaga untuk tidak mengulanginya lagi. Inilah yang dimaksud dengan taubat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا (12)
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” [Quran Nuh: 10-12].
Dalam ayat ini, Allah mengabarkan bahwa istighfar itu dapat mewujudkan hal-hal berikut ini:
Pertama: Ampunan Allah Ta’ala. Karena Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun.”
Kedua: Allah akan menurunkan hujan yang datang berangsur-angsur. Bukan hujan yang lebat yang membuat banjir. Tidak pula kemarau panjang.
Ketiga: Allah akan menganugerahkan rezeki berupa anak-anak dan harta yang banyak. Sebagaimana dalam firman-Nya
وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ