Khutbah Jumat Hari Ini, 5 Agustus 2022 Edisi Bulan Muharram, Tema: Luruskan Hati dan Pikiran dalam Beribadah

- 5 Agustus 2022, 07:30 WIB
Ilustrasi Khutbah Jumat.
Ilustrasi Khutbah Jumat. /Pixabay/xegxef

Menghidupkan pikiran untuk memikirkan, menganalisa, menelitinya untuk mendapat keyakinan yang kokoh diwajibkan dalam melaksanakan amal ibadah dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Selama manusia masih mampu berpikir, selama itu pula ia berkewajiban memikirkan semua ciptaan Allah dan mengambil manfaat bagi kehidupan manusia.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Memikirkan ciptaan untuk menghidupkan rasa beragama dan berke-Tuhan-an dalam hati dan jiwa manusia, timbul dari perasaan iman. Memikirkan alam sekitar dengan makhluk ciptaannya yang dapat menimbulkan ilmu pengetahuan yang dikembangkan bagi kesejahteraan lahir dan batin manusia, Apabila akal tidak digunakan untuk merenungkan kebesaran kekuasaan Allah, maka akan menjadi gelap, karena dipenuhi oleh kebodohan dan tipu daya.

Dalam pandangan Islam, iman adalah pengakuan kebenaran yang dilakukan oleh hati, dan pernyataan yang diutarakan oleh ucapan. Di sini, akal tidak memiliki tempat bagi bersemayamnya iman, karena sesungguhnya hati merupakan pusat berpusarnya seluruh rasa manusia. Hal ini perlu dicermati, karena sesungguhnya iman adalah sebuah cita rasa yang tinggi, sedangkan akal merupakan media penghantar menuju keimanan melalui fase-fase yang mengarah ke sana.

Baca Juga: Link Pengumuman Hasil SPMB Mandiri UIN Jakarta, 5 Agustus 2022, Berikut Daftar Nama yang Lolos Seleksi

Hakikat-hakikat ilahiah yang diakui dan dibenarkan oleh akal pikiran, tetapi tidak disertai dengan pengakuan yang bersumber dari hati, tidak akan menghasilkan keimanan yang hakiki. Selama iman tidak bersemayam di hati, maka tidak akan diikuti dengan perbuatan, dan tidak pula melahirkan perilaku dan tindakan yang baik. Jika ini terjadi, maka amal perbuatan tiada artinya di sisi Allah Subhanahu Wata’ala. Orang-orang yang mengetahui hakikat-hakikat ilahiah tetapi tidak memahami dan menghayatinya (akibat kelalaian hatinya), dianggap sama dengan keledai yang memikul lembaran-lembaran kitab suci yang tebal. Allah SWT berfirman dalam Surat Al Jumu’ah ayat 5

مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلُوا التَّوْرٰىةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوْهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ اَسْفَارًاۗ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang dibebani tugas mengamalkan Taurat, kemudian tidak mengamalkannya, adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab (tebal tanpa mengerti kandungannya). Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (Qs. Al Jumu’ah: 5).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Jika manusia hanya mementingkan akal dan pikiran semata, mungkin ia menjadi manusia duniawi yang baik, yaitu manusia pragmatis (pencari keuntungan). Tapi agar ia menjadi mukmin yang sempurna, maka ia harus melatih hatinya yang merupakan pusat kesadaran dan perasaan, dengan pendidikan spiritual. Lalu hati harus menjadi pembimbing bagi akal, karena hati adalah pusat kesadaran yang mengarahkan akal untuk berpikir. Sementara berpikir diarahkan akal menuju kehendak. Bisa dikatakan bahwa sebab mendasar bagi munculnya perbuatan-perbuatan yang didasari oleh kehendak adalah hati, yang merupakan tempat di mana kesadaran menancap dan mengakar, maka menempatkan dan memantapkan hati dalam bingkai perintah-perintah Allah adalah hal yang paling penting dibanding anggota tubuh yang lain. Karena pemikiran rasional dalam kendali kehendak syahwat dan tanpa bimbingan dari hati yang sehat, serta di bawah kendali penyakit-penyakit hati seperti ujub dan sombong akan membuat pikiran itu menyimpang dan membawa manusia ke dalam kesesatan dan penyimpangan seperti setan.

Halaman:

Editor: Dzikri Abdi Setia

Sumber: ponpes diponegoro


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah