Khutbah Terkini Idul Fitri 2022, Tema: Bagaimana Cara Kembali kepada Fitrah usai Ramadan 1443 H?

- 14 April 2022, 17:30 WIB
Ilustrasi. Khutbah Terkini Idul Fitri 2022.
Ilustrasi. Khutbah Terkini Idul Fitri 2022. /Pexels.com/Rayn L

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah Swt., karena di hari yang mulia ini kita masih diberikan kesehatan dan keselamatan serta nikmat keimanan dan keislaman.

Nikmat yang banyak dan besar yang kita rasakan ini merupakan bukti bahwa Allah tidak pernah melupakan kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. Udara yang kita hirup, darah yang mengalir di dalam tubuh kita, bahkan jantung yang selalu berdenyut yang kita sendiri tak bisa menghitung berapa banyak jumlah denyut jantung tersebut, semuanya itu tidak pernah luput dari perhatian dan kasih sayang Allah Swt.

Baca Juga: Bacaan Doa Malam Nuzulul Quran Bulan Suci Ramadan 2022, Lakukan Amalan Ini pada 17 Ramadan 1443 H

Sedangkan tugas kita sebagai Makhluk-Nya ialah dengan tidak lupa mengucapkan rasa syukur dan senantiasa ber’ubudiyah kepada Allah sebagai tanda bahwa kita adalah makhluk yang lemah dan sangat menyadari betapa kita sangat membutuhkan Allah dalam setiap keadaan.

دوام العبدية ظاهرا وباطنا مع دوام حضورالقلب مع الله

Shalawat dan salam mari sama kita sanjung sajikan kepada baginda Rasulullah Saw., beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Karena berkat kesabaran dan kegigihan perjuangan beliau telah berhasil membawa umat manusia akhrajannasa minadz dzulumati ila nur.

Ma’asyiral muslimin jamaah shalat ‘ied yang berbahagia

Sejak kemarin hingga hari ini mulut kita tak henti-hentinya mengucapkan takbir yang terus menerus dikumandangkan, tak lain adalah sebagai bukti bahwa sesungguhnya manusia adalah mahkluk yang lemah, tak berdaya dan tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan sedikitpun dalam menjalankan setiap aktifitas ibadah tanpa pertolongan-Nya.

Takbir adalah ucapan Allahu Akbar. Ungkapan takbir merupakan sarana pengakuan bagi setiap insan Muslim atas kebesaran dan keagungan Allah Swt., dibarengi perasaan diri yang kecil dan hina di hadapan-Nya. Sehingga sudah selayaknya siapapun yang bertakbir menghayatinya dengan perasaan merasa kecil. Bukan hakikat bertakbir jika masih ada perasaan lebih besar dan hebat dari yang lain.

Tidak heran jika takbir menjadi syiar agama Islam pada malam hari raya yang dikenal dengan istilah takbiran. Dalam bahasa sumbernya, syiar masih satu akar dengan syuʻûr yakni perasaan. Sehingga takbiran disamping sebagai syiar Islam juga mengandung nilai perasaan rendah hati di hadapan Allah swt dan seluruh makhluk-Nya. Disyariatkannya takbiran dengan berlandaskan firman Allah swt dalam QS Al-Baqarah [2]: 185.

Halaman:

Editor: Ririn Handayani

Sumber: Darus Shofa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah