Teks Khutbah Idul Adha di Rumah 1442/2021 Singkat dan Mudah: Sabar, Ikhtiar, Tawakal Konsep Keluarga Bahagia

- 13 Juli 2021, 09:50 WIB
Ilustrasi keluarga bahagia.
Ilustrasi keluarga bahagia. /Sarahbernier/Pixabay/

Kita sebagai umat muslim harus membiasakan diri untuk ikhlas dan peduli kepada sesama, terutama saat menjelang hari raya Idul Adha 1442 H/2021.

Baca Juga: Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1442/2021 Terbaru, Singkat, Lengkap: Hikmah Berkurban di Masa Pandemic Covid-19

Mengapa demikian? Pada hari raya Idul Adha atau hari raya Qurban terdapat keutamaan yang bisa kita amalkan, salah satunya terdapat hikmah yang luar biasa dari Berqurban dan tidak hanya itu saja kita belajar mengulas kembali sejarah atau perintah untuk Berqurban.

Untuk lebih lanjut, Berikut khutbah Jumat bertema: Sabar, Ikhtiar, Tawakal Konsep Keluarga Bahagia, sebagaimana dikutip dari laman islam.nu.or.id yang ditulis oleh Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung

Khutbah I

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ. الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ، أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Dalam suasana Hari Raya Idul Adha 1442 H yang diwarnai dengan keterbatasan dan keprihatinan ini, marilah kita tetap menanamkan dalam diri kita, keimanan dan ketakwaan pada Allah swt.

Di antara wujudnya adalah dengan senantiasa melakukan ikhtiar dan tawakkal pada Allah swt dalam menjalani kehidupan ini sesuai dengan petunjuk-Nya. Kita harus banyak belajar dan meneladani perjuangan keluarga Nabi Ibrahim as yang teguh dalam berusaha dan menyerahkan semua hasilnya pada sang penentu yakni Allah swt. Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Ali Imran 159:

فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Artinya: “Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal (berserah diri)”. Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, Contoh keteladanan berikhtiar dan tawakkal dari keluarga Nabi Ibrahim adalah seperti saat ia menginginkan agar dikaruniai anak yang shaleh. Di umurnya yang semakin menua, Nabi Ibrahim terus berusaha dan memanjatkan doa yang tertulis dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 100:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Artinya: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang shaleh.”

Baca Juga: Link Pengumuman Hasil SMM PTN Barat Universitas Palangka Raya (UPR) Rabu 14 Juli 2021: Ada Nama Tak Lolos?

Berkat ketundukan total yang diikuti dengan ikhtiar dan tawakkal yang gigih, akhirnya Allah swt pun mengabulkan harapan Nabi Ibrahim dengan menganugerahkan seorang anak shaleh yakni Nabi Ismail as.

Namun, saudara-saudaraku yang diberkahi Allah, Ketundukan Ibrahim kepada Allah pun terus diuji. Anak semata wayang yang sudah dinanti-nantikannya sejak lama dan menjadi belahan hatinya diperintahkan oleh Allah untuk dikurbankan.

Setelah berdiskusi dengan Ismail as, akhirnya mereka pun tak ragu untuk melakukannya karena keluarga ini memiliki kepatuhan yang tinggi atas perintah Allah swt.

Kepasrahan keluarga Ibrahim pada Allah ini patut kita contoh dan kita wujudkan dalam keluarga kita. Keluarga Ibrahim menyadari bahwa kepemilikan materi dunia ini hanyalah titipan saja. Dunia menjadi ladang untuk menanam dan akan dipanen saat kita sudah berada di akhirat kelak.

الدُّنْيَا مَزْرَعَةُ الآخِرَةِ

Artinya: “Dunia adalah ladang akhirat” Kita juga perlu sadari bahwa:

Halaman:

Editor: Dzikri Abdi Setia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah