Khutbah Jumat Spesial Bulan Rajab Hari Ini 3 Februari 2023, Tema: Muhammad adalah Rahmatan Lil Alamin

2 Februari 2023, 19:00 WIB
Ilustrasi. Khutbah Jumat bulan Rajab hari ini 3 Februari 2023 membahas sosok mulia Muhammad SAW./ Pixabay Fuzz/ /

SEPUTARLAMPUNG.COM – Simak khutbah Jumat spesial mengenal Rasulullah SAW hari ini 3 Februari 2023 dengan tema, diutusnya Muhammad adalah rahmatan lil alamin atau rahmat bagi semesta alam.

Muhammad menjadi Nabi dan Rasulullah terakhir dari semua yang telah diutus oleh Allah SWT, tetapi nabi-nabi yang lain diutus hanya untuk kaumnya saja dan ajarannya berlaku pada kaumnya saja.

Sedangkan Rasulullah SAW dijadikan oleh Allah SWT sebagai Nabi dan Rasululllah untuk alam semesta, artinya Muhammad merupakan manusia yang dipilih oleh Allah SWT untuk semua mahluk.

Dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Dawud, tidak akan ada lagi nabi setelah Rasulullah SAW.

Baca Juga: Daftar 4 Universitas Terbaik Versi EduRank Tahun 2022 di Pekanbaru, Riau, Lengkap dengan Urutan Peringkatnya

Rasulullah SAW bersabda: "Akan ada pada umatku 30 pendusta semuanya mengaku nabi, dan saya penutup para Nabi dan tidak ada nabi setelahku." (HR. Abu Dawud).

Khutbah Jumat kali ini memberikan informasi mengenai Rasulullah SAW dan bisa menjadi referensi bagi Anda yang belum mempersiapkan materi khutbah.

Dilansir seputarlampung.com dari laman muslim.co.id, berikut adalah teks khutbah Jumat edisi spesial mengenal Rasulullah SAW hari ini 3 Februari 2023 dengan tema Muhammad diutus sebagai rahmat seluruh alam atau rahmatan lil alamin.

Khutbah pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ.

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى مَحَمَّدِ نِالْمُجْتَبٰى، وَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التُّقٰى وَالْوَفٰى. أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى

فَقَالَ اللهُ تَعَالٰى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Baca Juga: Sinopsis ‘John Wick’, Ketika Mantan Pembunuh Bayaran Lakukan Aksi Balas Dendam, Tayang di Bioskop Trans TV

Ma’asyiral Muslimin, jemaah masjid yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Pertama-tama, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan para jemaah sekalian agar senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala.

Sesungguhnya orang yang bertakwa kepada-Nya akan dimudahkan untuk mengerjakan kebaikan dan dilindungi dari segala keburukan dan kejelekan. Allah Ta’ala berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَاٰمِنُوْا بِرَسُوْلِهٖ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَّحْمَتِهٖ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ نُوْرًا تَمْشُوْنَ بِهٖ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌۙ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan serta Dia mengampuni kamu. Dan Allah Mahapengampun, Mahapenyayang.” (QS. Al-Hadid: 28)

Jemaah salat Jumat yang senantiasa dirahmati Allah Ta’ala.

Barangsiapa yang merenungi dan menyelami makna Al-Qur’an, maka akan mendapati bahwa Allah Ta’ala mengangkat derajat penyebutan nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Di antaranya ia berfirman,

اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ ، وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ ، الَّذِيْٓ اَنْقَضَ ظَهْرَكَۙ ، وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ

“Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)? Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu, yang memberatkan punggungmu. Dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu.” (QS. As-Syarh: 1-4)

Di dalam kitab “Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir” karya Syekh Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asyqar, pengajar tafsir Universitas Islam Madinah disebutkan,

“‘Dan Kami tinggikan bagimu sebutan namamu di dunia dan di akhirat dengan berbagai hal, seperti keharusan bagi orang-orang beriman jika mereka mengucapkan ‘Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah’, maka mereka juga mengucapkan ‘dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah’, dan penyebutan namanya pada lafadz azan, dan dalam selawat kepadanya.”

Sungguh harum dan tinggi nama beliau. Tidak ada waktu luang terlewat, kecuali ada lisan yang senantiasa berselawat kepadanya setiap dibacakan namanya.

Tidak pernah kosong sebuah majelis ilmu, kecuali disebutkan di dalamnya hadis-hadis beliau. Dan akan selalu ada hati yang menjadi tenang karena mendengar kisah hidup dan akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Baca Juga: Lowongan Kerja Terbaru Staf Marketing Support PT Buana Penta Prima, Cek Kualifikasi dan Deskripsi Pekerjaannya

Kaum muslimin yang mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Di ayat tersebut, Allah Ta’ala sertakan juga salah satu sebab tingginya kedudukan beliau. Di awal surah ini Allah Ta’ala sebutkan bahwa salah satu karakteristik Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah lapang dada.

Hati beliau ini sangatlah luas sehingga bisa mengayomi seluruh alam semesta ini. Hatinya terbuka untuk anak-anak kecil dan orang dewasa, orang kaya maupun orang miskin, laki-laki maupun perempuan.

Di beberapa kisah nabi yang sahih, bahkan juga menggambarkan bagaimana akhlak dan sikap beliau terhadap tumbuhan dan hewan, yang jelas-jelas mereka adalah makhluk yang tidak berakal.

Di antara kisahnya adalah kisah beliau dengan sebuah batang kurma. Bagaimana kisahnya?

Ada seorang wanita Anshor berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah, bolehkah saya membuatkan sesuatu untukmu sehingga engkau dapat duduk di atasnya? Sesungguhnya anak saya adalah seorang tukang kayu.” Rasulullah pun menjawab, “Silakan jika engkau mau.”

Maka, wanita tersebut pun membuatkan beliau sebuah mimbar. Pada hari Jumat, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun duduk di atas mimbar yang telah dibuatkan tadi.

Lalu, batang kurma yang biasa beliau gunakan untuk berkhotbah menangis keras, hingga hampir-hampir saja batang kurma itu terbelah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun turun kemudian memegang dan memeluknya. Setelah itu, mulailah batang pohon itu mengerang seperti erangan anak kecil yang sedang diredakan tangisannya sampai ia terdiam.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda, “Ia menangis karena zikir yang dulu biasa ia dengar.” (HR. Bukhari no. 2095)

Lihatlah bagaimana lembutnya sikap beliau kepada sebuah tanaman, yang menunjukkan bahwa kasih sayang dan karunia beliau mencakup seluruh alam semesta ini.

Tidak ada satu pun dari mereka yang pernah mempelajari biografinya dan kisah hidupnya dengan serius, kecuali pasti akan setuju dengan tingginya dan mulianya kedudukan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh benar firman Allah Ta’ala,

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)

Baca Juga: Cek Harga Terbaru iPhone 11 Pro Februari 2023 di Sini sebelum Beli, Andalkan 3 Set Kamera Belakang 12 MP

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala telah menyifati Nabi-Nya dengan satu sifat yang wajib direnungi oleh setiap muslim yang cerdas. Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah: 128)

Allah menjelaskan bahwa Rasulullah merupakan manusia layaknya kita, merasakan apa yang dirasakan oleh manusia lainnya.

Nabi pun sedih dan sempit dadanya karena perkataan yang menyakitinya. Hanya saja beliau memilih bersabar karena Allah Ta’ala, membalas perkataan yang buruk dengan perkataan yang baik, merealisasikan firman Allah Ta’ala,

وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۗاِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ

“Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia.” (QS. Fussilat: 34)

Oleh karena itulah, beliau termasuk orang-orang yang sabar serta mendapatkan ganjaran yang besar. Allah Ta’ala melanjutkan firman-Nya,

وَمَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْاۚ وَمَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا ذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ

“Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan, kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan, kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Fussilat: 35)

Hikmah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diciptakan adalah agar beliau bisa dijadikan sebagai panutan dan teladan, baik itu di dalam menyambung silaturahmi dengan orang yang memutusnya, memaafkan orang yang menzalimi kita ataupun berbuat baik terhadap orang yang menyakiti kita. Allah Ta’ala berfirman,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala,

Di antara bukti kasih sayang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita adalah perhatian beliau yang sangat besar kepada umatnya.

Syariat yang beliau bawa semuanya membawa kemudahan, jauh dari hal-hal yang menyusahkan dan menyulitkan berdasarkan firman Allah Ta’ala,

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍۗ

“Dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama.” (QS. Al-Hajj: 78)

Sungguh, dakwah agama ini mengedepankan dan memperhatikan kemanusiaan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يَسِّرُوا ولا تُعَسِّرُوا، وبَشِّرُوا، ولا تُنَفِّرُوا.

“Permudahlah dan jangan persulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari.” (HR. Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734)

أقُولُ قَوْلي هَذَا وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat 3 Februari 2023 Singkat dengan Tema Sabar dan Sholat sebagai Modal di Dunia

Khutbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ.

Jemaah yang berbahagia, tentu mereka yang beragama Islam pasti mengakui bahwa dirinya mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hanya saja apakah cinta yang mereka dengung-dengungkan itu sudah benar dan jujur?

Sesungguhnya di antara realisasi kecintaan kita terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dengan menanamkan juga rasa cinta ini kepada anak cucu kita.

Beberapa sarananya adalah dengan menceritakan kepribadian beliau dan bagaimana sikap-sikap beliau saat terjadinya sebuah kejadian.

Karena di dalamnya terdapat sikap dan akhlak Nabi terhadap mereka yang lebih tua, bagaimana sayangnya beliau terhadap anak kecil, bagaimana baiknya beliau kepada fakir miskin, perhatian beliau kepada orang-orang yang membutuhkan, dan bagaimana beliau mendakwahkan agama ini kepada seluruh manusia. Karena sungguh beliau adalah rahmat dan karunia bagi seluruh alam semesta ini.

Sarana lainnya untuk menanamkan rasa cinta ini di hati kita dan anak-anak kita adalah dengan menanamkan sikap rendah hati serta terjun langsung mempraktikkannya di dalam kehidupan bermasyarakat, baik di waktu senang mereka maupun di waktu susah mereka, karena hal ini akan membekas di hati masyarakat.

Bahkan praktik langsung kita terhadap petunjuk yang beliau ajarkan dan berakhlak dengan akhlak beliau merupakan bukti terkuat kecintaan kita kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Mahapengampun, Mahapenyayang.” (QS. Al-Imran: 31)

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Demikian khutbah Jumat kali ini.***

Editor: Nur Faizah Al Bahriyatul Baqir

Sumber: muslim.co.id

Tags

Terkini

Terpopuler