Umat Kristen Tumbuh Pesat di China, Pengamat Asing Ungkap Alasan Mengapa Xi Jinping Khawatir

- 25 Januari 2021, 19:20 WIB
Ilustrasi umat Kristen berdoa.
Ilustrasi umat Kristen berdoa. /Open Doors

SEPUTAR LAMPUNG - China nampaknya tak hanya sibuk bersiteru dengan sejumlah negara yang menjadi rivalnya di kancah global.

Negeri Tirai Bambu itu juga menghadapi sejumlah kekhawatiran yang muncul dari dalam negerinya sendiri.

Terutama potensi munculnya pemberontakan dari dalam negeri. Untuk meredam kekhawatiran ini, pemerintah China berusaha menutup segala celah termasuk mewaspadai sejumlah kelompok yang dianggap bisa membahayakan.

Tak hanya muslim Uighur, Presiden China Xi Jinping dikabarkan juga khawatir dengan pertambahan jumlah umat Kristen di China yang terus tumbuh pesat.

Baca Juga: Korea Selatan Kembali Berduka, Penyanyi Rap Iron Meninggal Dunia Usai Ditemukan Bersimbah Darah

Baca Juga: Mulai Februari 2021 GeNose C19 Bakal Ada di Setiap Stasiun KAI, Penumpang Wajib Tes!

Menurut Direktur Riset Strategis di organisasi amal Kristen Open Doors, Ron Boyd-MacMillan, saat ini jumlah umat Kristen di China diperkirakan berjumlah 97 juta orang dan diprediksi pada tahun 2030 akan bertambah pesat menjadi 300 juta orang.

“Sejak 1980, jumlah umat Kristen di China telah mengalami peningkatan sebanyak tujuh hingga delapan persen. Pada 2030 nanti, jumlah umat Kristen China dapat bertambah hingga sekitar 30 juta orang,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express.

Dirinya menambahkan, hal tersebut dianggap oleh Xi Jinping sebagai sebuah ancaman karena dengan jumlah sebanyak itu, umat Kristen dianggap bisa melakukan pemberontakan di China.

Baca Juga: LaNyalla Prihatin, Saung Angklung Mang Udjo Nyaris Tutup, Hampir 90 Persen Karyawan Dirumahkan karena Pandemi

“Pemerintah China mengawasi umat Kristen karena jumlah pertumbuhannya meningkat pesat. Mereka khawatir umat Kristen akan berani melaksanakan pemberontakan pada Pemerintahan Xi Jinping,” kata Ron Boyd-MacMillan.

Nampaknya, Pemerintah Xi Jinping berkaca terhadap peristiwa Pemberontakan Taiping yang terjadi pada periode 1850-1854 di era Dinasti Qing yang mana merupakan pertarungan antara Dinasti Qing dan sebuah sekte Kristen bernama Kerajaan Surgawi Perdamaian.

Sekte yang dipimpin oleh Hong Xiuquan tersebut mencoba untuk melaksanakan beberapa reformasi sosial, seperti pemisahan gender yang ketat, penghapusan tradisi mengikat kaki, sosialisasi tanah, dan "penekanan" perdagangan pribadi.

Selain itu, mereka juga berusaha untuk menggantikan ajaran Konfusianisme, Buddha, dan kepercayaan tradisional Tionghoa yang merupakan agama mayoritas, dengan suatu bentuk Kekristenan yang berpegang pada keyakinan bahwa Hong Xiuquan adalah adik laki-laki Yesus.

Halaman:

Editor: Ririn Handayani

Sumber: PR Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x